Minggu, 08 Januari 2012

Aku Iri

Aku iri pada langit dan bintang-bintang…

yang setia pada peredaran ruang dan waktu

dalam sujud penghambaan semesta

demi Dzat pemelihara jagat raya….

Aku Iri pada matahari….

yang bertasbih sepanjang hari

Untuk segenggam tanah bumi

demi bersujud pada ilahi

Aku iri pada sang rembulan

yang menerangi gulita malam

agar kelam menjadi tenteram

demi ridlo penguasa alam

Aku iri pada gunung dan lautan

yang dijunjung dan dihamparkan

saling menanggung dalam keselarasan

demi penguasa segala keseimbangan

aku iri pada pepohonan dan bebungaan

merah, kuning, hijau, ungu..

aneka warna, bentuk dan rupa

demi sujud kepada penguasa keindahan

Aku iri pada lebah dan serangga

yang menari dalam harmoni

mencari madu untuk berbagi

demi mengabdi pada yang maha merakhmati…

dan…

aku iri kepadamu…

engkau yang terjaga, saat orang lain terlena

engkau yang memberi, saat orang lain meminta

engkau yang mengayomi, saat orang lain pergi

engkau yang ridlo, saat orang lain iri dengki

Karena…

aku hanyalah hamba hina yang ingin jadi sempurna

aku hanyalah debu yang ingin jadi permata

agar…

waktuku yang sebentar menjadi berharga

agar…

Sejarah mencatat, bahwa aku pernah ada…

menjadi bagian indah dalam masa

agar…

jika hari itu tiba…

para malaikat berkata…

salam sejahtera wahai hamba Alloh yang mulia….

2 komentar:

  1. Wah, dengan metode repitisi variasi makna, puisi menggambarkan keirian kepada ciptaan Allah Swt yg selalu berdzikir dengan caranya masing2. Hal yg menarik adalah persamaan Allah Swt dan Mas Naryo yg menggunakan ciptaan Allah dalam penyampaian gagasan. Kalau Allah, kadang bersumpah dgn ciptaanNya (matahari, waktu, bulan, dll.) untuk menunjukkan keagunganNya. Kalau Mas, menggunakan untuk keberhambaannya.
    Doa yang menggetarkan pada baris yg terakhir... ^_^

    BalasHapus
  2. terima kasih boz... mohon terus dukungan dan masukannya... tulisannya bang indra juga bagus banget.. monggo saling menyemangati untuk terus produktif menulis ya..

    BalasHapus