Kamis, 29 September 2011

Jakarta dari Busway bag 1: Oalah Mbah-mbah? sing sadar....

Barusan saiya iseng-iseng ikut mbaca blog seorang kenalan baru. ya namanya kenalan di dunia maya wis pokoke dibaca saja. siapa tau ada yang menarik, ternyata memang begitu. namanya blog sopasti fungsinya buat mbagi-mbagi informasi. begitu mas bro?

Nah.. sebenarnya tulisan ini sudah pernah naryo bagi-bagi di pesbuk. tapi tidak ada salahnya dibagi di blog juga kan? menyambung tulisan di blog punya mb Dheet-A (maaf kalo salah nulis) tentang masalh mode. pakaian terutama.  saiya juga punya penglaman yang cukup menarik. (heszzzt...) semoga berkenan.

Okelah chekidot...

Seperti pernah aku ceritakan kepadamu kawan. busway memang selalu punya cerita, yang tentu saja sayang untuk dilewatkan. setiap kali keliling jakarta. Ya mana lagi Tomang-pulo gadung. selalu ada cerita yang seru untuk diceritakan. hampir tiap minggu jalur 2 (pulo gadung-Tomang-grlogol-kalideres) menjadi jalur favourit. satu-satunya coy... murah meriah, adem dan ada-ada saja kelakuan orang-orang jakarta.

Hari ini sebenarnya naik buswaynya pas pulangnya saja. Soale pagi dimintai tolong boz, ngantar peralatan ke cikarang. asyik juga dari tomang sampai cikarang naik taksi. serasa nikmat.

Tapi baiklah.. kawan.. aku punya satu hutang kepadamu.. ya apa lagi... sabtu siang di Busway..

Aku baru saja naik dari halte Tomang mandala. soalnya paling deket dengan kost. setelah Lamaaaaa (hampir 45 menit nunggunya, namanya murah meriah) menunggu akhirnya Busway yang adem datang juga. Busway jurusan Harmoni Lebak bulus memang selalu adem. Ma'lum Punya swasta. fasilitasnya selalu -beberapa- tingkat dari punya'nya pemerintah. -ngapunten pa fauzi Bowo- bukan maksud saya....

begitu masuk langsung disiram atmosfer yang segar, adem... nyess... plus pemandangan yang segar juga. he he he...  (tuing... tuing... tuing...) seperti sudah aku ceritakn padamu. tipikal anak remaja korban mode. kusebut saja -boneka India-. Tidak banyak yg bisa dijelaskan di sini. takut banyak yang ngomel. tapi mudah-mudahan "BONEKA INDIA" sudah cukup mewakili penampilannya.

Sepintas menyenangkan, tapi Lama-lama risih juga... aku memilih merangsek ke dalam, memilih untuk tidak terlalu dekat dengan pemandangan yg mbikin busway jadi panas. saat beranjak bergeser ke barisan belakang aku sempat ngeliat senyum nakal salah satu laki-laki  -setengah- tua... ya kira2 lima puluh tahunan lebih... cengangas -cengenges.. satunya lagi -di sebelah kirinya- aki-aki juga sibuk memperhatikan -ngelirik-  si boneka india...  Lengkap sudah, dua aki-aki peot mengapit boneka india. Si boneka india tetap cuek, tidak memperhatikan.

Aku pun cuek saja.. Ah mungkin orang tuanya. sekarang banyak orang tua terlalu "care" kepada anak-anaknya. tidak boleh ketinggalan jaman. sekalipun jadi korban mode. yang penting gaul.

Tak dinyanya.. si boneka India tetep saja sibuk main BB... tak sadar. tetap kalem, asyik dengan dunia maya.  tidak puas mengeksploitasi secara visual... (susah nyari bahasa yang lebih sopan- maap ya..). Akhirnya si Aki-aki mulai tidak sabar... (sayangnya bodohnya saya masih nganggep mereka bapak atw kakeknya) mulai jalan-jalan tangannya... kemana-mana..

Akhirnya Si Boneka India sadar juga... begitu tau lagi dikerjain dua "Aki-aki"... langsung ngibrit... ngumpet di gerombolan penumpang yang laen.. sebagian penumpang kaget, sebagian yang lain hanya melirik sinis. tidak senang.

Aku hanya membatin dalam hati..

Oalah Mba-mba... mangkanya mba.. ati-ati jga diri... kalau "nyandang" mbok yao yang bener.. ya maap... beribu-ribu maap... kami para pria.. -yang aki-aki juga termasuk-  diciptakan untuk -cenderung- menyukai yang bagus-bagus. kalau pinjem istilahnya mb syukur yang nge-Blink-nge-bling... coba liat saja... ayat 31 surat Annur jauh lebih pendek dari ayat 32.. tapi ya monggo kalau nyamannya yang begitu...

Dan busway tetep berlalu... Aku memandang lepas ke jalanan... dua aki-aki itu masih saja cekikikan... tersenyum nakal...

Selasa, 27 September 2011

MUHAMMAD: Lelaki Penggenggam Hujan

Senyum kasva melebar,”hampir semua bangsa meyakini bahwa hujan wahyu dari Tuhan hanya jatuh terbatas pada lingkup bangsa mereka. Namiuci  adalah bangsa yang ingin memonopoli wahyu Tuhan hanya untuk bangsa mereka.
Kasva diam sebentar. Memeriksa pengaruh kalimatnya terhadap Astu. Dia menangkap sebuah semangat di mata perempuan itu. Semangat berdiskusi yang dulu menyala di mata itu setiap hari.
“Siapa Nabi yang dibangkitkan, dia akan menghancurkan  Namiuci . Menghentikan dominasinya. Membuktikan bahwa hujan wahyu turun untuk semua bangsa dan tidak terbatas pada suatu kasta atau klan saja.”
“Dialah lelaki penggenggam Hujan sejati”

“Apa?” Kasva begitu tertarik dengan kalimat terakhir astu.

“Maksudmu, Astu?”
“Jika Namiuchi  adalah bangsa yang berusaha menggenggam hujan dan ditakdirkan gagal, berarti ada seseorang yang berhak menggenggam hujan. Memberikan kesegarannya kepada seluruh umat manusia.”

Kasva tersenyum lagi. “Engkau benar. Dialah lelaki Penggengam hujan sejati. Nabi yang dijanjikan.”

Kasva membatin, seabsurd apapun alas an takdir menggiringnya ke Gathas, itu membantunya  menemukan hal-hal menarik dan menantang kecerdasan. Dari lembar-lembar Kuntap Sukh , baru satu kata yang terdiskusikan.  Itupun sudah mampu membangkitkan gairah hidupnya, oleh misteri nabi yang dijanjikan, juga oleh diskusinya dengan Astu yang demikian mengasyikan. Kepenasaran yang membisikan sebuah kalimat di batin kasva: Amboi…. Siapakah gerangan engkau, wahai Lelaki Penggenggam Hujan?

@#%&&**(())__

Kasva pergi dari Suriah, meninggalkan Khosrou, sang Penguasa Persia tempatnya mengabdikan hidup menemukan lelaki itu:  Muhammad. Al Amin yang kelahirannya akan akan membawa rahmat bagi semesta alam, pembela kaum papa, penguasa yang adil kepada rakyatnya.

Kehidupan Kasva setelah itu berubah menjadi pelarian  penuh kesakitan dan pencarian yang tiada henti terhadap sosok yang dijanjikan. Seorang Pangeran Kedamaian yang dijanjikan  oleh semua kitab suci yang dia cari  dari setiap ungkapan ayat-ayat Zardust sampai puncak-puncak salju diperbatasan India, Pegunungan Tibet, Biara di Suriah, Istana Heraklius, dan berakhir di yastrib, sang Kota Cahaya. 

MUHAMMAD, Lelaki Penggenggam Hujan. Sebuah Novel sejarah tentang pencarian sejati seorang Kasva untuk menemukan nabi sejati. Kita dihadapkan  pada kata2 yg begitu hidup, lembaran-lembaran kisah yg menembus ruang dan waktu, menembus lebih dari separuh dunia, seakan dibawa ke dunia berabad yg lalu, berjalan beriringan dg Manusia paling Mulia di Jagat raya, untuk ikut merasakan perjuangannya..
 Sedari halaman pertama kubaca. Novel ini begitu luar biasa. Penulisnya pastilah memiliki referensi yang banyak tentang nabi.  Tasaro seperti memadukan tulisan, Jefrey lang, Karen Armstrong, Mubarokfury, Philip K. Hitti. Tamim Ansory  dan lainnya dalam satu buku, dalam sebuah novel thriller yang sangat mendebarkan.  Aku tidak berhenti membacanya sampai habis. 

"Muhammad.. Lelaki Penggenggam Hujan" I can't stop read it...

Kamis, 22 September 2011

Sawang-sinawangan Bag.2 : Kisah Mamak


Minggu ini, benar-benar jadi pekan ke enam aku beraktivitas. seminggu akan terasa panjang sekali jika selalu beraktivitas.Pengin istirahat sekali-kali. Ndak ngapa-ngapain, nonton kartun seharian. atau main game general, atau ngabisin mbaca buku, novel atau apalah, yg baru sempat kebeli, tapi belum sempat dibaca. sesuai janji, 4 sampai 5 buku sebulan. (Amin...)

Libur mestinya nyantai saja bro. Nyuci2 baju seperitnya bisa jadi alternatif. Biasalah.. namanya "cah Nom" ada saja urusannya. mulai kondangan, nglembur target pekerjaan seabrek (Boz bilangnya Besok senen harus sudah selesai.. Hadouw...ww),tapping di Metro tv (kita kanpenggemar berat Mario Teguh), dll.

dan.. Minggu ini...

"kondangan lagi".

Berat sekali rasanya aku mau berangkat. sudah terbayang, betapa jauh jarak yg akan kami tempuh, di ujung kota bandung. tapi yg kulakukan belum seberapa, belumlah ada sepersepuluh dari semua kebaikan-kebaikan yg mereka berikan kepadaku selama ini.

Tapi bukan itu yg ingin aku ceritakan kepadamu kawan..

Tapi peristiwa semalam sebelum berangkat. aku sedang duduk di "lincak" -tempat duduk dari sisa-sisa kayu, kadang dari bambu bekas, yg penting bisa buat nongkrong- tempat biasa kami -sesama warga kontrakan-  ngumpul. "lincak" itu memang selalu ramai, entah sudah berapa ribu kali diperlakukan tidak senonoh, mulai disiram kopi, di kentuti -maaf- sampai rubuh gara-gara kelebihan beban.

"Om, hidup ndak usah dipikirin.." tiba-tiba mamak datang.
"Eh, mamak.. ", aku kaget, sebenarnya sih salah tingkah.

"Mamak", begitu aku memanggil, Nama sebenarnya "Mamak Nur". aku tidak tau nama lengkap mamak. perempuan setengah baya, yg membantu mencuci pakaian kotor kami. Kami memang sok sibuk, padahal ya males saja nyuci baju. yawis Nitip saja sama mamak, itung-itung bagi-bagi rejeki.

kalau lagi beruntung, kami kecipratan teh atau kopi nikmat spesialis buatan mamak. pokoke "Mak Nyos" -Pak Bondan, numpang nggih... hi hi hi..-.

"Om, Pusing nih om... " langsung saja,seperti biasa tanpa babibu.. mulai deh..
"Pusing kenapa, pan tadi mamak yg ngomongin saya?" aku enteng menjawab,males mengaggapi.

seperti biasa.kalo ditanggapi urusan bakal panjang, dan selalu saja muter-muter. topiknya itu-itu saja.. seputaran rejeki.. seputaran anak2nya, apalagi si Didu -bungsunya, Bapa Daud tidak pernah ketinggalan diabsen.

"Uri bentar lagi daftar ulang, si Didu yo begitu-begitu saja.."

"Kalo main ndak inget waktu, jam segini belum pulang.. ngelayab saja.."

aku tidak menjawab, hanya manggut-manggut, pura-pura mengerti.

"Mana belum beli buku, seragam, inilah.. itulah.." terus saja tidak berhenti mengeluh.

"sekolah jaman sekarang aneh om.. pake acara nambah AC segala. Biar adem katanya. " , Tampah bersungut wajah mamak.

 "kalo rajin mah, biar kagak pake AC juga tetep pinter,"

"ga tau tu Om... orang2 kaya pada belagu.. "

"Bakal panjang lagi ini", batinku. makin males aku menanggapi. bukan tidak menghormati, tapi kalo tiap ketemu temanya sama kan repot?


tak lama, suaminya, Bapa Daud datang..  meletakkan gelas kopi,  menyulut batang filter, melanjutkan putung yg belum habis sore tadi.

"Lha ini.. bapaknya anak-anak malah kaya ndak mau tau".



Kedatangan bapa Daud langsung disambut mamak, bak komentator bola saat pergantian pemain.


 "Si Bapa mah taunya kerja, lha anak-anak semua aku yg ngurusi.."
"Ya sekolahnya, ya makannya, ya ngajari belajarnya.. pokoke semuanya om.."
"mana Nurman makannya tambah banyak saja lagi"

Betul bukan? trek record bapa daud langsung diceritakan, macam pemain di lapangan bola saja.

"Lha punya anak dua saja ribut begini, apa lagi punya anak banyak"

"yang gede maunya macem-macem, yg kecil main terus kerjanya.. "

"Lha anak kan amanah dari Alloh mak, ko begitu.." komentarku ndak banyak membantu.

"ya mending kalo bapaknya peduli.."

Yang diomongin cuma cengar-cengir disampingku. asyik menyeruput kopi  nikmat buatan mamak.
entahlah... mamak memang selalu mempermasalahkan suaminya. tapi kopi yg dibuat selalu saja sepenuh hati. selalu saja nikmat tak terkira. perempuan memang sulit dimengerti...

"Sbenarnya saya sudah tidak tahan Om.."
"Tapi demi anak-anak ya harus dijalani" yg diomongin masih juga tidak peduli. asyik memainkan asap rokok dari kerongkongannya.

Keluarga mamak memang sederhana, sesederhana orangnya. tinggal di kontrakan petak di gang buntu yg sempit bersama dua orang anak yg istimewa. Bapa Daud -begitu kami memanggil- sedikit lebih tua dari mamak. Lelaki paruh baya. Ia seorang pekerja keras, sudah mengecap asam garam jakarta. Jualan tape, mainan, baju.. apa saja sudah dijalani. Terakhir, bliau adalah seorang karyawan di sebuah pabrik panci di kawasan jakarta bagian timur.  penghasilannya pas-pasan saja. tapi jangan tanyakan cita-citanya. ia ingin gadis semata wayangnya sekolah setinggi-tingginya. Menjadi orang sukses.  mengabaikan semua cemoohan dan omongan keluarga besarnya.

"Ngapain anak perempuan sekolah tinggi-tinggi, toh nantinya juga di dapur dapur juga". Ia pengin uri berhasil.

"Lha memang mamak nikah sama bapa daud sudah berapa lama?" aku iseng bertanya.
"20 tahun ada?" aku menambahkan lagi.

"ya sudah dua puluhan taunan om, Lebih kali.. " Mamak menjawab sekenanya,dahinya masih bekerut. sebal dengan orang disampingku.

"Lha dulu pas nikah, mamak sama bapak saling 'cinta' Kan?" tanyaku penasaran.
"ya cinta lah om, kalo ndak cinta ya ndak bakal mereka lahir" mamak menjawab ketus, malu-malu, sebal, salh tingkah. kalo lampu penerangan agak lebih terang. mungkin aku bisa melihat rona merah di wajah mamak. sayang hanya lampu bohlam 15 Watt.

Aku diam sejenak. menatap mamak dan bapa Daud, bergantian.

ada sesuatu yg tak tertahankan,

"Hua.. ha ha ha ha ha...  "
"Hua.. ha ha ha ha ha...  "

Aku tak tahan menawahan tawa, sakit memegang perut. yg ditertawakan nambah merengut. aku tidak peduli, masih saja tak tahan dengan lelucon ini.

"abisnya dulu masih ganteng om.." makin bersungut mamak menjawab.
 "Istilah anak muda sekarang Om... Cinta memang buta Om.."
"tau begini mah dulu ogah kawin sama Bapa Daud..."
"Ga tau om... dulu dijampi-jampi apa sama bapa daud?"

"Hua.. ha ha ha ha ha...  " aku tidak tahan, semakin erat saja  memegangi perutku menahan tawa.

"Ya sudah mak" aku masih terkekeh..

"Besok-besok, kalo lagi sebel sama bapa daud.. inget-inget 20 puluh taun lalu.."

"Inget-inget jaman masih ganteng.. ya ndak beh?" yg ditanya manggut-manggut, tersenyum lebar. Menyeringai bangga. seperti ada kemenangan di sana.

Dalam remang, aku sedikit melihat wajah mamak merah padam. malu, kikuk, salah tingkah.kemudian
berlalu meninggalkan meninggalkan kami berdua, menikmati kopi "Sepenuh hati" buatan mamak. rasanya selalu gurih, rasanya selalu nikmat. tidak berubah sejak pertama kali di buat, 20an tahun lalu.

"Ia mak, mungkin mamak benar.. cinta memang buta.."

Selasa, 20 September 2011

Sawang-sinawangn

Seorang teman memberikan sebuah teka-teki... bahasa kerennya "Quiz". pada quiz itu sudah disiapkan instruksi-instruksi diatasnya.
"Ini kuiz mengandung hikmah yg baik sekali. Mohon ikuti dg fun saja dg mengisi titik2 yg ada pd kalimat di bwh ini. Anda cukup menyimpan jawaban Anda di dlm memori fikiran sj.".

Ya sudah, saya ikuti saja quiznya, kira-kira lanjutanya seperti ini...

Kuiz:
1. Allah ciptakan tertawa dan...
2. Allah itu mematikan dan ....
3. Allah ciptakan lelaki dan ....
4. Allah memberikan kekayaan dan ....

Aku jawab sekenanya saja, sesuai dengan pikiranku:
Kujawab seperti ini..

1. Menangis,
2. Menghidupkan,
3. Perempuan, erseny
4. Kemiskinan.




Temanku tersenyum saja melihat jawabanku. Sambil lalu, dia bilang padaku. "Kang cobalah mbok simak QS Al-Najm [53]: 43-48:, coba cocokkan jawabanmu dengan jawaban Al-Qur'an. "


Aku tertegun membacanya.. Subhanalloh..

Al-Qur'an menjawabnya begini:

43. ... Dialah yg menjadikan org tertawa dan MENANGIS;
44. ... Dialah yg mematikan dan meng-HIDUP-kan;
45. ... Dialah yg menciptakan ... laki2 dan PEREMPUAN;
48. ... Dialah yg memberi kekayaan dan KECUKUPAN. 

Ternyata jwbn kita utk no 1-3, umumnya cocok dg Al-Quran. Tapi, jwbn kita utk no 4 umumnya tidak cocok. Jawaban versi Quran bukan KEMISKINAN, tapi... KECUKUPAN.

" Sawang-sinawangan " sepertinya itulah istilah yang paling pas. soalnya nggak ada bahasa indonesia-nya. tak cari-cari dikamus ndak ketemu. lha wong bahasa jawa masa di cari dikamus bahasa indonesia. tapi kira-kira arti yang tepat bahwa 'kebanyakan' dari kita.... kita?... yah... kita sering merasa.. orang lain hidup lebih bahagia dari pada diri kita... sedangkan kita selalu dirundung masalah... gaji kurang... istri kurang cantik... cerewet... anak nakal... teman2 egois... mertua galak.. boz njengkelin... dan lain sebagainya... sedangkan orang lain... kayaknya bahagia... ketawa sana-sini... hilir mudik ngalor-ngidul... makan2.... gandengan sana sini.... keto e bahagia banget... kira-kira itu yang namanya sawang-sinawangan... setuju ndak?

Dan ternyata seperti itulah kebanyakan dari kita menjalani kehidupan ini. Sebagian besar dari kita lebih memilih membayangkan kehidupan kita, dalam ukuran kehidupan orang lain. Lebih sering merasa kekurangan dengan nikmat jelas-jelas teramat baik. Bukankah kita hanya diberi tanggung jawab dengan apa-apa yg bisa kita emban. tidak lebih, tidak kurang. Alloh sudah menakar sesua ukuran yg pantas.

Maka..
mulailah besyukur... dari 'hal yang kita anggap kecil'...... tetaplah berpikir positif.... niat baik... bekerja sungguh-sungguh... dan pasrahkan hasil akhirnya kepada-Nya.... berhentilah berfikir bahwa orang lain lebih bahagia... karena itu berarti anda membenamkan diri dalam lumpur kesedihan... bahkan sejak anda bangun tidur.  Mulailah dengan penrimaan dengan diri anda... memahami kelebihan dan kekurangan anda.... pahami orang2 terdekat anda. jikalau cara ini tetap tidak membuat anda bahagia... mulailah dengan merasa bahwa anda mendapat nikmat yang tidak kalah banyak dengan orang lain... mulailah dengan mensukuri istri yang biar tidak cantik... cerewet... bau... sebagai satu-satunya orang yg mau menerima keberadaan anda apa adanya.... yang klo tidur ngorok... bau... sering terlambat pulang.... pemarah... temperamen. Mulailah dengan mensyukuri anak2 anda yang bawel... rewel... nakal.... yang selalu menunggu saat anda tidak pulang... yang selalu bergelayut meski bapaknya orang paling temperamen sedunia. Mulailah dengan mensyukuri atasan anda yang pemarah... cerewet... suka menyalahkan anda... Tidak peduli dengan anda... tapi masih bergantung pada kemampuan anda dalam bekerja... masih mengandalkan anda dalam tugas2 yang teramat sulit.... tidakkah anda tahu... betapapun anda orang paling menyebalkan.... ada banyak orang2 tetap setia kepada anda... ada begitu banyak orang2 orang yang mau menerima keberadaan anda....

Sesungguhnya Allah SwT hanya memberi kekayaan & kecukupan.

Yg menciptakan kemiskinan adlh kita sendiri, manusia. Bisa karena ketidakadilan ekonomi; bisa juga karena rasa miskin itu kita bangun di dlm pikiran kita sendiri.


Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Senin, 19 September 2011

Terima kasih ibu, terima kasih duhai ayah


Terima kasih ibu, terima kasih duhai ayah

lahirku ke dunia
ku disambut penuh syukur
bisikan azan ke telinga
hikamah kalimah nan luhur

lahirku ke dunia
ku diasuh mengenal Allah
ku diajar sebut namaNya
juga nabi rasul mulia

salam sayang ayah dan ibu
mendidik ku tak pernah jemu
halalkan lah makan minumku
maafkanlah salah silapku
tanpa maaf dan juga restu
hidupku jadi tak menentu

tiada yang lebih bernilai
dari pengorbanan yang suci itu
tak berdaya aku membalasnya
moga ku jadi anak yang bertakwa

terima kasih ibu, terima kasih duhai ayah
Jasamu oh ayah dan ibu
akan ku kenang selamnya
hidup saling berkasih sayang
membina keluarga bahaia

pada mu Allah aku berdoa
pada Mu jua aku meminta
rahmatilah ibu ayah tercinta
apunilah dosa- dosa mereka
panjang umur, murahkan rezeki
sejahtera dalam ketaatan
moga berbahagia di dunia, di akhirat
beroleh syurga

daku mengharap redha mu ibu
juga redha darimu ayah
hanya itulah yang ku pintu
agar hidupku lebih bermakna

terima kasih ibu, terima kasih duhai ayah

Jumat, 16 September 2011

My Sweetheart Delisa



Ada sebuah keluarga di Lhok Nga - Aceh, yang selalu menanamkan ajaran Islam dalam kesehariannya. Mereka adalah keluarga Umi Salamah dan Abi Usman. Mereka memiliki 4 bidadari yang solehah: Alisa Fatimah, (si kembar) Alisa Zahra & Alisa Aisyah, dan si bungsu Alisa Delisa.

Setiap subuh, Umi Salamah selalu mengajak bidadari-bidadariny a sholat jama ‘
ah. Karena Abi Usman bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal tanker perusahaan minyak asing - Arun yang pulangnya 3 bulan sekali. Awalnya Delisa susah sekali dibangunkan untuk sholat subuh. Tapi lama-lama ia
bisa bangun lebih dulu ketimbang Aisyah. Setiap sholat jama ‘ ah,
Aisyah mendapat tugas membaca bacaan sholat keras-keras agar Delisa
yang ada di sampingnya bisa mengikuti bacaan sholat itu.


Umi Salamah mempunyai kebiasaan memberikan hadiah sebuah kalung emas kepada
anak-anaknya yang bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Begitu
juga dengan Delisa yang sedang berusaha untuk menghafal bacaan sholat
agar sempurna. Agar bisa sholat dengan khusyuk. Delisa berusaha keras
agar bisa menghafalnya dengan baik. Selain itu Abi Usman pun berjanji
akan membelikan Delisa sepeda jika ia bisa menghafal bacaan sholat
dengan sempurna.


Sebelum Delisa hafal bacaan sholat itu, Umi Salamah sudah membelikan seuntai
kalung emas dengan gantungan huruf D untuk Delisa. Delisa senang sekali
dengan kalung itu. Semangatnya semakin menggebu-gebu. Tapi entah
mengapa, Delisa tak pernah bisa menghafal bacaan sholat dengan
sempurna.



26 Desember 2004


Delisa bangun dengan semangat. Sholat subuh dengan semangat. Bacaannya nyaris sempurna, kecuali sujud. Bukannya tertukar tapi tiba-tiba Delisa lupa bacaan sujudnya. Empat kali sujud, empat kali Delisa lupa. Delisa
mengabaikan fakta itu. Toh nanti pas di sekolah ia punya waktu banyak untuk mengingatnya. Umi ikut mengantar Delisa. Hari itu sekolah ramai oleh ibu-ibu. Satu persatu anak maju dan tiba giliran Alisa Delisa.
Delisa maju, Delisa akan khusuk. Ia ingat dengan cerita Ustad Rahman tentang bagaimana khusuknya sholat Rasul dan sahabat-sahabatnya. "Kalo orang yang khusuk pikirannya selalu fokus. Pikirannya satu." Nah jadi
kalian sholat harus khusuk. Andaikata ada suara ribut di sekitar, tetap khusuk.


Delisa pelan menyebut "ta ‘ awudz". Sedikit gemetar membaca "bismillah". Mengangkat tangannya yang sedikit bergetar meski suara dan hatinya pelan-pelan mulai mantap. "Allahu Akbar".



Seratus tiga puluh kilometer dari Lhok Nga. Persis ketika Delisa usai bertakbiratul ihram, persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Persis di tengah lautan luas yang beriak tenang. LANTAI LAUT RETAK  SEKETIKA. Dasar bumi terban seketika! Merekah panjang ratusan kilometer. Menggentarkan melihatnya. Bumi menggeliat. Tarian kematian mencuat. Mengirimkan pertanda kelam menakutkan.


Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Banda Aceh rebah jimpa. Nias lebur seketika. Lhok Nga menyusul. Tepat ketika di ujung kalimat Delisa, tepat ketika Delisa mengucapkan kata "wa-ma-ma-ti" , lantai sekolah bergetar hebat. Genteng sekolah berjatuhan. Papan tulis lepas, berdebam menghajar lantai. Tepat ketika Delisa bisa melewati ujian pertama kebolak-baliknya, Lhok Nga bergetar terbolak-balik.



Gelas tempat meletakkan bunga segar di atas meja bu guru Nur jatuh. Pecah berserakan di lantai, satu beling menggores lengan Delisa. Menembus bajunya. Delisa mengaduh. Umi dan ibu-ibu berteriak di luar.  Anak-anak berhamburan berlarian. Berebutan keluar dari daun pintu. Situasi menjadi panik. Kacau balau. "GEMPAR"!


"Innashalati, wanusuki, wa-ma… wa-ma… wa-ma-yah-ya, wa-ma-ma-ti. ."



Delisa gemetar mengulang bacaannya yang tergantung tadi. Ya Allah, Delisa takut… Delisa gentar sekali. Apalagi lengannya berdarah membasahi baju putihnya. Menyemburat merah. Tapi bukankah kata Ustadz Rahman, sahabat Rasul bahkan tetap tak bergerak saat sholat ketika punggungnya digigit kalajengking?



Delisa ingin untuk pertama kalinya ia sholat, untuk pertama kalinya ia bisa membaca bacaan sholat dengan sempurna, Delisa ingin seperti sahabat Rasul. Delisa ingin khusuk, ya Allah…



Gelombang itu menyentuh tembok sekolah. Ujung air menghantam tembok sekolah. Tembok itu rekah seketika. Ibu Guru Nur berteriak panik. Umi yang berdiri di depan pintu kelas menunggui Delisa, berteriak keras … SUBHANALLAH! Delisa sama sekali tidak mempedulikan apa yang terjadi. Delisa ingin khusuk. Tubuh Delisa terpelanting. Gelombang tsunami sempurna sudah membungkusnya. Delisa megap-megap. Gelombang tsunami tanpa mengerti apa yang diinginkan Delisa, membanting tubuhnya keras-keras. Kepalanya siap menghujam tembok sekolah yang masih bersisa. Delisa terus memaksakan diri, membaca takbir setelah "i ‘ tidal…" "Al-la-hu- ak- bar…" Delisa harus terus membacanya! Delisa tidak peduli tembok yang siap menghancurkan kepalanya.



Tepat Delisa mengatakan takbir sebelum sujud itu, tepat sebelum kepalanya menghantam tembok itu, selaksa cahaya melesat dari "Arasy Allah." Tembok itu berguguran sebelum sedikit pun menyentuh kepala mungil
Delisa yang terbungkus kerudung biru. Air keruh mulai masuk, menyergap Kerongkongannya. Delisa terbatuk. Badannya terus terseret. Tubuh Delisa terlempar kesana kemari. Kaki kanannya menghantam pagar besi sekolah. Meremukkan tulang belulang betis kanannya. Delisa sudah tak bisa menjerit lagi. Ia sudah sempurna pingsan. Mulutnya minum berliter air keruh. Tangannya juga terantuk batang kelapa yang terseret bersamanya. Sikunya patah. Mukanya penuh baret luka dimana-mana. Dua giginya patah. Darah menyembur dari mulutnya.



Saat tubuh mereka berdua mulai perlahan tenggelam, Ibu Guru Nur melepas kerudung robeknya. Mengikat tubuh Delisa yang pingsan di atas papan sekencang yang ia bisa dengan kerudung itu. Lantas sambil menghela
nafas penuh arti, melepaskan papan itu dari tangannya pelan-pelan, sebilah papan dengan Delisa yang terikat kencang diatasnya.


"Kau harus menyelesaikan hafalan itu, sayang…!" Ibu Guru Nur berbisik sendu. Menatap sejuta makna. Matanya meredup. Tenaganya sudah habis. Ibu Guru Nur bersiap menjemput syahid.



Minggu, 2 Januari 2005



Dua minggu tubuh Delisa yang penuh luka terdampar tak berdaya. Tubuhnya tersangkut di semak belukar. Di sebelahnya terbujur mayat Tiur yang pucat tak berdarah. Smith, seorang prajurit marinir AS berhasil
menemukan Delisa yang tergantung di semak belukar, tubuhnya dipenuhi bunga-bunga putih. Tubuhnya bercahaya, berkemilau, menakjubkan! Delisa segera dibawa ke Kapal Induk John F Kennedy. Delisa dioperasi, kaki kanannya diamputasi. Siku tangan kanannya di gips. Luka-luka kecil di kepalanya dijahit. Muka lebamnya dibalsem tebal-tebal. Lebih dari seratus baret di sekujur tubuhnya.



Aisyah dan Zahra, mayatnya ditemukan sedang berpelukan. Mayat Fatimah juga sudah ditemukan. Hanya Umi Salamah yang mayatnya belum ditemukan. Abi Usman hanya memiliki seorang bidadari yang masih belum sadar dari pingsan. Prajurit Smith memutuskan untuk menjadi mu ‘ alaf setelah melihat kejadian yang menakjubkan pada Delisa. Ia mengganti namanya menjadi Salam.



Tiga minggu setelah Delisa dirawat di Kapal induk, akhirnya ia diijinkan pulang. Delisa dan Abi Usman kembali ke Lhok Nga. Mereka tinggal bersama para korban lainnya di tenda-tenda pengungsian. Hari-hari
diliputi duka. Tapi duka itu tak mungkin didiamkan berkepanjangan. Abi Usman dan Delisa kembali ke rumahnya yang dibangun kembali dengan sangat sederhana.



Delisa kembali bermain bola, Delisa kembali mengaji, Delisa dan anak-anak korban tsunami lainnya, kembali sekolah dengan peralatan seadanya. Delisa kembali mencoba menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Ia sama sekali sulit menghafalnya. "Orang-orang yang kesulitan melakukan kebaikan itu, mungkin karena hatinya Delisa. Hatinya tidak ikhlas! Hatinya jauh dari ketulusan." Begitu kata Ubai salah seorang relawan
yang akrab dengan Delisa.



21 Mei 2005


Ubai mengajak Delisa dan murid-muridnya yang lain ke sebuah bukit. Hari itu Delisa sholat dengan bacaan sholat yang sempurna. Tidak terbolak-balik.Delisa bahkan membaca doa dengan sempurna. Usai sholat, Delisa terisak. Ia bahagia sekali. Untuk pertama kalinya ia menyelesaikan sholat dengan baik. Sholat yang indah. Mereka belajar menggurat kaligrafi di atas pasir yang dibawanya dengan ember plastik. Sebelum pergi meninggalkan bukit itu, Delisa meminta ijin mencuci tangan di sungai dekat dari situ.



Ketika  ujung jemarinya menyentuh sejuknya air sungai. Seekor burung belibis terbang di atas kepalanya. Memercikkan air di mukanya. Delisa terperanjat. Mengangkat kepalanya. Menatap burung tersebut yang terbang menjauh. Ketika itulah Delisa menatap sesuatu di seberang sungai.



Kemilau kuning. Indah menakjubkan, memantulkan cahaya matahari senja. Sesuatu itu terjuntai di sebuah semak belukar indah yang sedang berbuah. Delisa gentar sekali. Ya Allah! Seuntai kalung yang indah tersangkut. Ada huruf D disana. Delisa serasa mengenalinya . D untuk Delisa. Diatas  semak belukar yang merah buahnya. Kalung itu tersangkut di tangan.Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka manusia. Putih. Utuh. Bersandarkan semak belukar itu.

UMMI…..

Kamis, 15 September 2011

Yang Muda Yang Bertaqwa


Suatu hari Ir. Soekarno pernah berkata : "Berikan kepadaku 1000 orang tua aku sanggup mencabut Semeru dari uratnya. Tapi berikan kepadaku 10 pemuda, maka aku sanggup menggoncangkan dunia.”
Kalian tentu tidak asing dengan kata-kata itu. Sebuah ungkapan yang sederhana namun penuh makna. Kalimat yang singkat, namun bertenaga. Ada pesan yang ingin disampaikan, bahwa dalam diri generasi muda ada kekuatan besar yang mampu mengguncang dunia.
Remaja, pemuda, adalah aset yang sangat strategis yang menjadi harapan umat. Masa muda adalah tahapan hidup yang paling potensial. Masa remaja merupakan masa memuncaknya potensi, baik potensi fisik maupun potensi akalnya. Kehidupan kaum muda begitu dinamis dan selalu menginginkan perubahan. Mereka menginnginkan keadaan yang lebih baik bagi kehidupan dan perikehidupannya. Manakala potensi ini dimaksimalkan, dimunculkan dengan cara yang sebaik-baiknya, akan tercipta sosok generasi yang akan mengukir sejarah peradaban manusia, mengubah keadaan dunia menuju kegemilangan peradaban.
Sejak dahulu hinga sekarang, dan di masa mendatang, pemuda merupakan pilar utama dalam setiap kebangkitan. Kehadiran pemuda adalah sebagai agen perubahan. Peran serta dan sumbangsihnya tidak akan pernah “tercecer” dari perjalanan zaman. Hasan Al Banna mengatakan bahwa pada setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Pada setiap pemikiran, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.
Rasulullah pun senantiasa memberikan perhatian khusus kepada para pemuda. Banyak diantara sahabat beliau adalah pemuda, kegemilangan dan prestasi yang telah mereka ciptakan sangat memukau dan dijadikan teladan. Ketika beliau diangkat menjadi Rasul dalam usia 40 tahun, hampir semua pengikutnya adalah para pemuda. Ia lebih tua dua tahun dari Abu Bakar, empat tahun lebih tua dari Umar bin Khattab, dan hampir semua sahabat pada masa awal adalah pemuda. Kita melihat sosok Ali bin Abi Thalib yang dalam usia 12 tahun telah berjuang bersama Rasulullah SAW menyebarkan Islam. Kita pun bisa melihat sosok Bilal bin Rabah seorang hamba sahaya yang masih muda, yang tabah menghadapi siksaan. Demikian pula Amar bin Yasir, Abu Dzar Al-Ghifari, Mas'ab bin Umair, Zaid bin Haritsah, atau Ja'far bin Abi Thalib, semuanya adalah pemuda.
Mengapa demikian?

Saat-Saat Meraih Bintang
Mereka, para pemuda dan remaja dengan segala potensi yang dimiliki saat itu, berada dalam posisisi memuncak. Dengan ketajaman akal dan kekuatan fisik, para pemuda adalah sosok yang tak pernah berhenti bergerak. Dinamisme itu, memaksa mereka terus mencari hal-hal baru. Di dalam diri mereka selalu dipenuhi berbagai macam idealisme. Hal ini didukung oleh karakter remaja dengan semangat berapi-api, pantang menyerah, dan “penuh kepolosan”. Kepolosan itu mengantarkan mereka menjadi sosok yang tangguh, yang selalu dibakar oleh kekuatan iman dan kekuatan fisik yang mengelora. Meskipun tak jarang, kepolosan itu membuat pemuda terjebak oleh hal-hal yang sifatnya negatif. Menurut salim A. Fillah usia remaja adalah “fase lembab manusia”. Ibarat tanah yang lembab, apapun memiliki kesempatan tumbuh dari kelembababn itu, apakah itu jamur beracun atapun pepohonan yang bermanfaat. Saat itu, sisi kekanakan menajam dan kedewasaan menjanin. Segala sesuatu menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Agar kelembaban itu tak menjadi sia-sia. Agar kelembaban itu menjadi awal terpancangnya ketegaran keyakian sejati.
Rosululloh SAW bersabda:
Saya wasiatkan para pemuda kepadamu dengan baik, sebab mereka berhati halus. Ketika Alloh mengutus diriku untuk menyampaikan agama yang bijaksana ini, maka kaum mudalah yang pertama-tama menyambut saya, sedang kaum tua menentang saya.

Perjuangan Ini Bukan Tanpa Hambatan
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami telah beriman' , sedangkan mereka tidak diuji lagi?" . (Al-'Ankabut:1-2).
Sebagai agen perubahan, seorang pemuda tidaklah cukup dengan beretorika dan beridealisme, akan tetapi diperlukan sebuah tindakan nyata sebagai wujud keseriusan dalam berjuang. Perjuangan untuk sebuah perubahan besar tidaklah mudah untuk dilewati. Tentu, jalan yang akan dilalui tidaklah semulus yang dibayangkan. Di sana sini, akan dihadapkan oleh hambatan dan rintangan, onak dan duri, serta musuh yang mengintai dari tempat yang tersembunyi.
“jalan kebenaran, tak akan selamanya sunyi, ada ujian yang datang melanda, ada perangkap menuju mangsa” (saujana)
Semakin besar perubahan yang diinginkan, semakin besar pula tantangan yang harus dihadapi. Dibutuhkan pula pengorbanan yang tidak sedikit jumlahnya. Kesungguhan para pemuda kembali di uji. Sampai dimanakah batasan kemampuan mereka untuk mengubah keaadan, untuk memperbaiki carut marut dunia, sampai dimanakah komitmennya di dalam menyampaikan kalimat Alloh di muka bumi ini. Agar mereka dapat menyadari bahwa di dalam kesulitan itu, ada romantisme yang mengantarkan menjadi sosok pejuang sejati.
Keseriusan dalam berjuang, akan membawa hikmah dalam hasil. Kematangan dalam jiwa, akan membawa bunga dalam akhlak. Ketajaman dalam akal, akan membawa belati dalam fikir. Keramahan dalam senyum, akan membawa bahagia dalam hati.
Perlu diingat saudaraku, dalam perjuangan akan begitu banyak tantangan ataupun musuh yang akan dihadapi. Musuh-musuh itu akan datang dari arah mana saja bahkan dari tempat yang tak terduga. Terkadang mereka menyerang dari tempat yang tersembunyi. Maka, waspadalah! Waspadalah wahai pemuda! Jangan sampai dirmu terjebak perangkap musuh atau engkau takkan mampu bangkit lagi!
Setidaknya ada dua lawan yang harus dikalahkan. Pertama adalah tantangan yang datang dari dalam diri mereka sendiri. Tantangan itu berupa kelabilan, sikap emosional, ketergesaan dan “kepolosan”. Kepolosan itu sering kali membuat mereka tertipu, menghanyutkan diri dalam maksiat dan kenistaan hidup. Godaan yang datang sungguh terasa begitu berat. Mengendalikan nafsu bagi seorang pemuda tidaklah gampang. Potensi kekuatan akal dan pikirannya harus mampu mengalahkan kelabilan jiwa dan nafsu keduniaan yang menggebu. Sebagai penghargaan Alloh SWT berfirman, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhan-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya) (QS: An Nazi’at : 40-41)”
Tantangan kedua adalah tantangan yang berasal dari lingkungan sekitar. Tantangan itu berupa keadaan yang tidak mendukung. Keadaan itu antara lain, medan yang buruk, minimnya sarana dan prasarana, terbatasnya dukungan dana dan sumber daya manusia, hingga penolakan dari kaum yang telah mapan (status quo). Selama perjuangan itu untuk menegakkan kebenaran, sedikitpun, mereka tidak boleh merasa gentar. Perjuangan itu harus diselesaikan, walau nyawa harus dipertaruhkan.
....seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan (dakwah) ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenannya". (al hadist)

Karena Waktumu Begitu Singkat
Masa remaja adalah saat yang sangat penting. Para remaja telah meninggalkan masa kekanakan yang terus beranjak semakin kuat, dan belum berjumpa dengan segala kerentaan masa tua. Saat kemampuan memuncak, sudah sepantasnya digunakan dengan sebaik-baiknya. Karena usia muda tidaklah lama, kekuatan yang ada tidaklah selamanya ada. Perlahan kegagahan itu akan segera beranjak dari tempatnya. Sedikit demi sedikit masa-masa penuh gairah itu segera pergi dan akan digantikan dengan kerentaan masa tua. Terkadang para pejuang itu lupa, bahwa dunia ini fana, dan mereka harus segera mencari pengganti. Alloh SWT berfirman;
“Demi masa, sesungguhnya menusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran (Q.S. Al ‘Ashr: 1-3)
Begitu pentingnya masa-masa muda, Rosululloh SAW bersabda:
Raihlah lima perkara sebelum datangnya yang lima. Masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, kesempatanmu sebelum sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu (HR. Muslim)
Maka, waktu untuk besantai telah usai saudaraku, kewajibanmu lebih banyak dari waktu yang ada. Lakukan apa saja yang engkau bisa, demi sebuah perubahan. Mulailah dari diri sendiri!, dari hal yang terkecil!, dari sekarang!. Karena, tugas itu begitu mulia, semulia para syuhada yang syahid di medan laga. Jemputlah panggilan itu selagi bisa, sebelum engkau menjadi tua, sebelum sang waktu terhenti dari peredarannya.

Assalamu'alaikum

Teman-temin....
Alkhamdulilah.... puji sukur kehadirat Alloh SWT yang senantiasa melimpahkan kasih sayang kepada kita semua. atas berkah dan karunianya.... alkhamdulillah pada  hari ini hari Kamis, tanggal 15 September 2011  Blog pribadiku akhirnya bisa terbit. Blog ini sengaja saya buat untuk menjadi tempat mencurahkan segala uneg-uneg, tulisan2 pribadiku yang belum sempat diterbitkan oleh surat kabar (gimana mau diterbitkan, wong dikirim juga belum...), sebagai ajang diskusi dengan teman-temin yang lain, untuk itu saya sangat berharap kepada seluruh pembaca sudi memberikan komentar, masukan,  dan lain sebagainya.... tentunya yang bersifat membangun.... semoga teman-temin yang membaca blog ini, apalagi memberikan komentar..... diberikan kesehatan, yang sedang belajar semoga dimudahkan, dan dapat nilai yang bagus2, yang lagi nyari kerja, semoga cepet di panggil, yang belum menikah segera didekatkan jodohnya, yang belum punya anak semoga cepat didatangkan rejekinya, dan yang sakit semoga lekas sembuh.... dan akhirnya.... saya ucapkan selamat membaca