Minggu, 22 Juli 2012

Orang Arab: Bagian III


Aku tidak habis pikir, mengapa pula harus menceritakan orang arab. Maksudku orang-orang yang tinggal di arab. Makah dan Madinah pada kususnya. Mereka masarakat yang beranekaragam. Dengan segala keanehan dan kerumitannya. Keberagaman masarakat di dua kota besar itu bagai cermin bagi komunitas islam yang sangat besar. Seperti miniatur masarakat  islam yang unik.
Bukankah kalian semua juga tahu, hanya orang muslim yang diijinkan masuk ke tanah harom di sekitar mekah, dengan batas yang teramat jelas, berikut rambu-rambu danpemeriksaan yang cukup ketat. Jadi –mohon maaf- jikalau anda bukan muslim akan sangat sulit rasanya bisa memasuki kota yang lur biasa tersebut. Sudah terlalu banyak, cerita-cerita dari masarakat di sana tentang orang-orang yang berkeinginan melanggar batas tanah harom. Entah karena ia bukan seorang muslim, entah karena ingin berbuat yang tidak baik. Mulai dikejar-kejar anjing liar, atau diganggu dengan hal-hal lain. Jadi maafkan, memang Al Qur’an mengamanahkan seperti itu. Mohon dimaklumi.
Mekah dan madinah dengan segala fenomenanya. Beberapa hal memang aku sepakati, beberapa hal lain masih agak susah diterima. Setidak-tidaknya untuk orang awam sepertiku. Setidak-tidaknya untuk orang asing, yang baru sekali ini menapaki tanah harom.
Dan akhirnya kembali lagi pada cerita berikutnya, bahwa orang arab itu;
17. Orang arab sangat mengutamakan perempuan. 

Urusan ini sebenarnya pernah aku dengar sebelumnya saat masih kuliah. Saat tinggal di asrama. Suatu malam, kira-kira malam ke dua atau ke tiga di Mekkah, aku –dengan terpaksa- mengikuti ust. Andi menemani bapak Ishak menukar rupiah ke real. Permitaan orang tua tidak baik ditolak. Sangat sulit menemukan tempat penukaran uang, alias money changer di sekitar masjidil harom. Selepas –hampir- semua hotel disekitar haneen diruntuhkan, ruko-ruko, termasuk money chenger pun ikut gulung tikar. Sebenarnya ada satu money changer di lantai satu tower bin dawood. Namun, selalu tutup. Belakangan diketahui, bahwa pemerintah arab saudi menutup banyak money changer nakal yang memanfaatkan kesulitan peziarah. Jadilah mereka gulung tikar. Dari sedikit money changer yang masih buka, antara lain di dekat pasar misfala, sekitar 20 menit berjalan kaki dari penginapan kami. Money changer itu berada di area rame, kawasan pasar. Kawasan misfala memang semakin rame saja, terutama setelah pasar seng dibongkar. Money changer itu terletak di ruko kecil disamping toko wewangian, termasuk kemenyan khas arab –oh ya, orang arab juga punya kebiasaan membakar wewangian semacam menyan lho- . Diantara ruko-ruko penjual pakaian, pernak-pernik dan lain sebagainya. Ruwet!!
Kembali ke urusan perempuan, eh money changer. Kami sampai di sana saat rame, antrian panjang, sampai mengular ke jalan. Orang-orang dari berbgai negara berdesakan ingin menukar uang mereka dengan real. Selain petugas kasir, ada petugas lain di luar yang memastikan antrian berjalan dengan baik. Hingga tiba-tiba seorang perempuan mengantri dibelakangku. Tanpa babibu petugas pengatur tadi langsung memanggil perempuan tersebut agar langsung ke barisan paling depan. Sebentar kemudian bereslah urusannya. Dan tak ada satupun di antara antrian yang protes. Sudah menjadi maklum, di arab perempuan lebih diutamakan untuk banyak urusan. Entah karena mengikuti hadist nabi tentang pengutamaan perempuan, entah mereka risih dengan perempuan di dekat mereka, atau juga untuk menghindari hal-hal yang tak dinginkan. Yang pasti dalam beberapa urusan perempuan lebih diutamakan. Termasuk dalam urusan mengantri.
Konon saat orang arab bertengkar dalam suatu urusan, dan menemui jalan buntu. Biasanya mereka memanggil perempuan yang dituakan diantara keluarga mereka. Apapun yang diputuskan oleh perempuan yang dituakan tadi akan diikuti oleh semua pihak yang bersengketa. Untuk urusan ini aku tidak tahu kebenaranya pasti. Aku hanya mendengar dari ust. Andi. Namun apapun yang terjadi, setidaknya peran atau perlakuan terhadap perempuan di arab mengalami kemajuan yang pesat jika dibandingkan dengan masa sebelum Rosululloh datang. Masih ingat bukan, kisah saat Umar Ibn Khattab mengubur hidup-hidup anak perempuannya?
18. Perempuan di arab dilarang menyetir kendaraan. Memang urusan ini terdengar agak bertentangan dengan point yang sebelumnya. Isu perempuan menyetir juga sudah menjadi persoalan yang meluas di negara-negara arab kususnya. Umumnya di dunia, berkaitan dengan persoalan hak-hak atas perempuan. Tentang hak-hak feminisme.
Dalam hal ini, aku ingin berprasangka baik saja. Masarakat di arab dalam banyak sisi memang mengurangi banyak peran perempuan dalam urusan publik. Saat  bepergian perempuan –di- arab juga harus ditemani oleh muhrim pria. (kalau yang ini sudah pernah saya jelaskan di tulisan sebelumnya, dan itu bagian dari kebiasaan di sana). Termasuk dalam urusan larangan menyetir.

Betapapun tanah harom adalah tanah yang dijamin keamanannya. Akan tetapi bila melihat jalanan di arab pada umunya, aku lebih sependapat dengan pendapat bahwa memang perempuan di sana –menurut saya juga- tidak disarankan bepergian sendirian,atau menyetir sendiri. Kalau di indonesia kan beda, sampai ada lagunya.
“kiri kanan kulihat saja, banyak pohon cemara” dan seterusnya.
Hla di sana...
“kiri kanan kulihat saja, hanya pasir dan gunung batu saja”
Sangat kontras. Tak ada warung, rumah-rumah penduduk disepanjang jalan seperti di indonesia. Pom bensin hanya ada di rest area,yang jarak antara rest area satu dan yang lain mencapai puluhan kilo meter. Bandingkan dengan di indonesia. Tiap seuluh kilo ada satu. Selama perjalanan dari mekah ke madinah sepanjang hampir 400 km, hanya ada 4 atau 5 rest area saja, selebihnya ya padang pasir, gunung batu dan kerikil. Berarti tiap seratusan kilo meter, seperti jarak jogja-purworejo. Bayangkan kalo tiba-tiba mobil mogok. Perempuan, sendirian, di padang pasir. Mau minta tolong sama siapa?
Jadi mohon dipahami saja urusan ini, sebagai tindakan pencegahan terhadap hal-hal yang tak diinginkan.

19. Orang arab suka berdebat. Dulu, waktu kuliah, sedikit banyak aku kenal dengan orang-orang arab –keturunan- yang  di jogja. Termasuk yang empunya asrama. Aku sempat tinggal satu atap dengan mereka untuk bebepa hari saat menjadi relawan –gadungan- gempa jogja dan klaten. Tentu saja kebersamaan itu memberikanku banyak informasi. Saat mereka berbincang, bisa memakan waktu ayng amat lama. Macam anak-anak filsafat yang mbulet ngobrolin semua hal. Bisa dari pagi ketemu pagi lagi. Berikut lengkap dengan bumbu gontok-gontokannya. Ya ngototnya, ya rasa ndak mau ngalahnya. Komplet jadi satu. Yang tak terlupakan adalah saad Al katiri, kuceritakan nanti.  Belakangan saat saya konfirmasi,mereka lebih senang disebut hadromi, keturunan yaman (Kalau salah mohon dikoreksi, trims sebelumnya). Sedikit banyak aku mulai tau penyebabnya, kuceritakan di tulisan yang berbeda nanti juga. Mereka umumnya senang berbincang. Atau bagi saya masarakat jawa yang relatif lemah lembut –GR.com-, jika dibandingkan dengan watak keras orang arab. kebiasaan berbincang mereka lebih mirip perdebatan. Perdebatan mereka pun akhirnya lebih mirip pertengkaran.
Setidaknya aku menjumpai beberapa pertengkaran selama disana. Pertama adalah perdebatan di hotel, aku tak tahu persoalannya apa. Sepertinya berkatian dengan pembayaran logistik hotel dan lain sebagainya. Kedua adalah perdebatan saat subuh di depan ka,bah. Seorang jamaah memaksa memaksa mencium hajar aswad, sedangkan sebentar lagi iqomat. Padahal shaf sudah penuh. Oh ya, kami juga berbut, berdesakan demi mendapatkan shaf terdepan saat sholat. Inginnya sedekat mungkin dengan Ka’bah. Setelah komat, berarti semua aktifitas terhenti. Berarti tak boleh seorangpun mengganggu. Kecuali sholat. Pertengkaran semakin rame, jamaah dan askar, sudah saling memiting. Saling mencengkeram krah baju. Si askar merasa frustasi setelah jamaah tersebut menolak diingatkan. Ditambah lagi para jamaah –yang menurut saya- sangat tidak sopan menembakan lampu blitz ke arah ka’bah dari jarak yang amat dekat. Jadilah perdebatan itu semakin seru. Hampir saja terjadi perkelahian pagi itu. Setelah beberapa askar ikut turun tangan, jamaah itu akhirnya pergi, dengan masih ngomel sendiri. Dan masih ada beberapa pertengkaran lainnya.
20. Orang - di- arab  suka tidur pagi. 

Jikalau engkau juga ada di sana. Mungkin juga akan melakukan hal yang sama. Udara bulan-bulan terasa lebih panas di arab maklum, puncak musim panas, bahkan di pagi hari sekalipun. Kenyamanan di dalam rumah yang dingin ber- AC, akan membuat banyak orang memilih tinggal di rumah dari pada bepergian. Apalagi di bulan romadlon yang panas seperti ini. Terakhir temperatur di sana antara 39 s.d 43 derajat celcius. Di samping panas, waktu berpuasa juga relatif lebih lama. Subuh berkumandang pukul 04.00 pagi hari sedangkan adzan maghrib baru berkumandang sekitar pukul 07.30 malam. Konon, orang-orang yang bandel memilih tidur di rumah seharian, dan baru bangun sekitar waktu asar. Jam empat sorelah kira-kira.  Trus kerjanya kapan? Orang arab lebih banyak melakukan aktivitas di malam hari, selepas isya menunggu udara relatif lebih dingin. Meski tetap saja, malam pun berasa di depan api unggun. Akhirnya, menurut pendapat banyak orang, orang arab relatif gampang penyakitan di masa tua, tentu saja penyakit dikarenakan banyak makan dan banyak tidur, serta penyakit karena selalu berada di ruang dingin ber-AC.  
21.  Orang arab lebih tau puncak dari pada bali. Konon kata orang-orang bule, mereka lebih tau bali dari pada indonesia sendiri. Mereka sering bertanya, bali itu mananya indonesia sih? Dan lain sebagainya. Lain hal dengan orang-orang di arab. Kalo ini sumbernya dari ust. Andi lho. Orang-orang di arab mengenal indonesia ya karena di indonesia ada Puncak. Katanya puncak itu kaya sorga. (Umumnya, orang-orang di arab mengagumi indonesia, selain ceweknya yang cakep-cakep ya kesuburan tanah indonesia). Bagi orang arab, boleh jadi Indonesia adalah representasi sorga bagi pikiran mereka, dianugerahi kesuburan, tanah yang hijau beserta tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka ragam. Sungai-sungai yang mengalir di mana-mana. Serta hujan yang –relatif- turun sepanjang tahun. Coba bandingkan dengan di arab?
Yang masih perlu di konfirmasi lagi adalah masalah Vila di puncak. Konon mereka –orang-orang arab yang nakal, yang suka “jajan”- menikmati betul jamuan villa indonesia. Ya makanannya, ya jamuan spesial yang lain. Akhirnya, akal-akalan nikah sirri dan lain sebagainya. Kalau yang ini hanya aku tau dari tivi, selebihnya cerita dari ustadz Andi.

Dulu pernah saya punya seorang ustadz yang keturunan timur tengah, saat perjalanan dari jogja ke solo. Sang ustadz memilih melepas jas hujan dari pada memakainya. Ia ingin menikmati hujan. Malah berkelakar, doi yan gorang mesir ini bilang. Kalo di mesir banyak petir kaya di indonesia, mungkin dulu fir’aun takut sama petir dan urung mengaku menjadi tuhan.



  

Selasa, 17 Juli 2012

Orang Arab : Bagian II


Membicarakan urusan orang lain memang –terasa- menyenangkan. Kekurangan atau kejelekan, sesedikit apapun sering kali menutupi kelebihan-kelebihan yang jauh lebih banyak. Sungguh, kita cenderung melihat orang lain secara tidak objektif. Kekurangan selalu menjadi bumbu paling gurih yang ditambahkan. Entah karena kita tidak suka dengan orang tersebut, entah juga karena kita sedang menyembunyikan kejelekan kita dengan menyebut-nyebut kekurangan orang lain. Pun begitu dengan yang akan kita bicarakan di tulisan ini, yang merupakan  kelanjutan tulisan-tulisan sebelumnya. Mengapa juga aku tidak menanyakan langsung kepada orang-orang arab sendiri, bukan pada orang-orang Indonesia yang tinggal di sana. Bagaimanapun, mereka adalah orang asing di mata orang arab. Dari banyak hal, terutama mengenai kebudayaan dan kebiasaan tentu saja berbeda. Tapi apa mau di kata, selain kendala bahasa, aku juga tak cukup punya waktu dan kesempatan untuk bertanya langsung pada sumbernya. Semoga saja yang saya sampaikan di sini tak berbeda jauh dari kenyataan, setidak-tidaknya dengan sudut pandang orang asing seperti saya.
Bahwa orang arab itu.
10.  Menggunakan pakaian Khas. Sudah menjadi kebiasaan tiap bangsa memiliki pakaian khas sendiri-sendiri. Di Arab saudi –Terutama Mekah dan Madinah- orang arab menggunakan baju “thob” untuk pria. Sejenis baju kurung terusan, berwarna putih,  berlengan panjang dengan kerah di leher. Lengkap dengan saku di dada kiri dan dua saku lainnya di pinggang kanan dan kiri. Belakangan saku pingang di modifikasi dengan sebuah kantung kecil di dalamnya. Katanya untuk menyimpan HP. Beberapa orang juga menggunakan pelengkap sejenis jubah sebagai identitas, seperti coklat, hitam, dan lain sebagainya. Tak lupa menggunakan sejenis sorban yang disebut kafiyeh.

Sementara untuk perempuan menggunakan baju abaya berwarna hitam. Lengkap dengan cadar, sebagian membiarkan kedua mata terbuka, sebagian lagi memilih menutupi seluruh wajah, menggunakan semacam burkha khas seperti Afganistan yang lebih mirip jendela. Hanya saja burkha arab menggunakan  dua kain tipis (setidaknya lebih tipis dari baju dan kerudungnya) untuk menutupi wajah. Seperti kaca riben saja. Ada step satu dan step dua. Step satu untuk terang, step dua untuk yang lbih gelap. Tidak seperti pakaian pria. Thob pria bisa berwarna warni hijau, putih, coklat dan lain sebagainya. Sementara pakaian perempuan arab selalu berwarna hitam. Pertanyaan saya adalah ketika para perempuan berpapasan di jalan, bagaimana mereka saling mengenali satu sama lain?

11. Sering nabrakin kendaraan. Untuk urusan ini aku juga tak terlalu mengerti. Seperti di kota-kota besar lainnya. Di Mekah dan Madinah juga sering terjadi kemacetan. Kalo di indonesia macetnya pas berangkat ataupun pulang kantor. Hla kalau di sana macetnya ya pas bubaran sholat fardu. Orang arab tidak suka berlincah ria menginjak rem dan kopling seperti di Indonesia. Kalau malas ya sudah tabrakin saja. Maju kena mundur juga kena. Ya tabrakin saja. Setelah itu ribut sebentar. Saling berargumen, menyalahkan satu sama lain. Mencari alibi sendiri-sendiri. Saling beristighfar, berzikir. Kemudian mencari jalan masing-masing. Terbukti dari setiap “Ijaroh” atau taksi yang saya lihat selalu ada penyok entah di body samping,  bember depan atau di belakang. Entahlah, mungkin karena mobil di sana murah-murah kali. Kalau rusak ya tinggal saja di jalan. Kan nanti bisa beli lagi. Selain taksi dan mobil pribadi, mobil derek juga terlihat di sana sini. Mengangkut mobil-mobil yang berparkir sembarangan. Mungkin juga karena ditinggal sama yang mpunya.
12. Orang arab -relatif- jarang Ngrumpi. Khusus statement ini adalah hipotesis saya sendiri. Rumah-rumah di arab bentuknya kota-kota bertingkat paling sedikit dua atau tiga, ndak limasan seperti di indonesia. Rumah-rumah di arab ada yang berpetak dempet, ada juga yang berpagar tinggi. Satu keluarga biasanya menepati satu lantai. Satu rumah biasanya ditempati beberapa keluarga. Dari kakek sampai cucu. (Na kalo yang ini berdasarkan info dari Syeh Andi mutowwif saya). Lha jadinya kalo ibu-ibu mau ngrumpi paling ya sama anak atau adek-adeknya saja. Jadi di arab tidak ada kebiasaan “Nonggo” –main ke rumah tetangga, atau ngumpul di satu tempat untuk ngrumpi-. Selain cuaca di sana sangat panas (Kalo musim panas, kalo musim dingin ya dingin sekali), para wanita juga relatif terisolir dari pergaulan umum.  Ndak seperti di indonesia. Selain gerobak tukang sayur, warung tetangga juga menjadi tempat favorit ibu-ibu atau mba-mba berngerumpi ria. Sepanjang saya berada di saudi. Tak ada satu acara tv atau koran yang membahas “Berita Kuning”. Istilah untuk conten gosip. Jadi intensitas ngerumpi orang arab relatif lebih sedikit dari pada orang-orang indonesia.

13. Orang arab gila pepsi. Menurutku istilah itu pantas disematkan. Bayangkan, sarapan pagi minumnya pepsi, makan siang pepsi, makan malam juga pepsi. Dengan catatan “harus dingin”. Seperti iklan di Indonesia saja. Jadi sedikit beda, di Arab apapun makannannya, minumnya yang Pepsi. Aku masih tidak mengerti, aku dulu pernah di protes salah seorang pelanggan saat jualan pepsi di kampus. Katanya pepsi berafiliasi dengan gerakan zeonis Israel. Heran juga di arab pepsi malah justru sangat digemari. Sekali lagi tua-muda, miskin kaya, apapun makannya minumnya selalu pepsi.
14. Orang arab terobsesi dengan yang serba dingin. Karena kondisi yang cenderung panas, menjadikan orang arab terobsesi dengan yang serba dingin, baik ruangan ataupun minuman. Kalo belum minum dingin belum minum rasanya. Air zam-zam di masjidil harom dan Nabawi pun ditaruh dalam termos besar agar tetap dingin. Bahkan di pasar Misfala dekat Masjidil kharom, yang super panas, kita masih bisa menikmati air zam-zam super dingin dan menyegarkan.
Pernah suatu pagi saat menginap di Jeddah, aku bangun dengan tiba-tiba. Menggigil seluruh badanku karena kedinginan. Tenggorokanpun terasa amat sakit. Kelu. Temperatur di remot kontrol menunjukkan angka 21 derajat celsius. Dengan bunyi blower diffuser terdengar kencang. Entah karena masih jetlek entah karena udara di ruangan memang super dingin. Begitupun selama perjalanan di dalam bis. Selalu saja menggigil. Suhu yang sama. Padahal di luar ruangan atau di luar bis, temperatur rata-rata antara 39 s.d 44 derajat celcius. Di arab –pada umumnya- temperatur udara relatif tinggi di musim panas, hujan sangat jarang turun. Pemandangan kanan kiri di sepanjang perjalanan hanya pasir dan batu. Tepatnya gunung batu.  Sangking gersangnya, rumputpun tidak mau tumbuh. Kebayang ndak? 2000 tahun yang lalu, nabi Ibrohim AS tanpa babibu melaksanakan perintah Alloh. Meninggalkan ibunda Siti Hajar nabi Ismail di mekah yang  gersang, tempat rumput pun tidak mau tumbuh? SubhanAlloh
15. Orang-orang di arab paling seneng dengan orang indonesia. Ada semacam kebiasaan memanggil orang yang tidak dikenal di arab. Orang arab biasanya di panggil Ahmad, orang india atou pakistan Badrun,sedangkan orang indonesia atau perempuan indonesia dengan “Siti Rahmah”. Sebenarnya nama itu seperti nama olok-olok untuk para pembantu rumah tangga (TKI – tenaga Kerja Indonesia? Bener ndak?). Namun kemudian berkembang menjadi sebutan umum.
Nah curi-curi dengar ini, selain terkenal kecantikannya, orang indonesia juga terkenal ramah-ramah. Paling rajin berbelanja. Sampe-sampe ada istilah “Towaf di Chronice” . Chronice adalah sebuh area belanja terkenal di daerah Jeddah. Tempat para ibu-ibu menghabiskan real mereka. Karena, pandangan kita beda-beda tipis antara belanja dan ibadah jadilah ritual itu menjadi seperti wajib. Khas orang-orang indonesia sehabis merantau atau pulang mudik, sibuk borong-borong. Dan orang-orang indonesia diperantauan sangat pandai berwira usaha. Maka jadilah sederet toko-toko bernama indonesia. “ali Murah” “Sultan  Murah” dan lain sebagainya. Pokoknya selalu ada embel-embel murah dibelakangnya.
Yang menyenangkan lagi, orang indonesia jarang menawar saat berbelanja, tentu saja selain masalah bahasa. Orang kita tak enak  menawar di sana.
Selain towaf di Chronice, hampir bisa dipastikan selesai bubaran masjid, orang indonesia tak lupa menyempatkan ke toko-toko atau belanja di obralan pasar kaget di depan masjid. Jangan tanya nawarinnya, ya pake bahasa indonesia.
“Hajj... Hajj... “
“Sepuluh real..  Sepuluh real..”
“Murah... Murah...” (Dialek  india mode: ON)
  Orang indonesia kalo belanja atau naik taksi,  umumnya lebih suka mengikhlaskan kembalian jika pedagang atau sopir tidak punya uang kembalian. Jangan tanya kalo orang dari negara lain. Bisa ribut berlama-lama itu.
Yang paling berasa tidak nyaman adalah jika mengenai “Kharim” bahasa gampangnya cewek. Rasanya saya lihat orang-orang di sana “gatel” kalau lihat cewek. Terutama orang indonesia. Cantik-cantik katanya. Kebetulan selama perjalanan saya dititipi dua perempuan, utusan dari biro di jakarta. Saat di hotel para petugas (yang semua laki-laki, di arab perempuan jarang yang bekerja di sektor publik, paling mentok ya guru atau dokter, trus pedagang –itupun orang badui-, selebihnya dikerjakan para pria,para wanita berada di rumah, mengurus anak dan lain sebagainya), mereka memaksa masuk –dengan alasan membersihkan kamar- ke kamar muhrim saya, sontak ditolak dong. Akhirnya Icha –salah satu muhrim saya-  menelepon meminta bantuan. Untung saja kamar kami masih satu lantai. Jadilah keributan kecil siang itu. Setelah peristiwa itu saya bener-bener yakin, bahwa kemanapun perempuan pergi di sana, semestinya harus didampingi mahromnya. Kalo ndak bisa gawat. Menurutmu kepiye?

16. Termasuk korban mode. Suatu malam, selepas dari jama’ah isya di masjid aku merasa kelelahan. Ah, kira-kira selepas umro ke dua.  Aku menunggu sampai jama’ah agak sepi, baru keluar dari masjid. Bukankah selepas isya adalah jam paling ramai di sana. Memang, bangunan sekitar masjid sudah di penuhi mall-mall dan hotel bintang lima. Sebut saja, Intercontinental, Bin Dawood, Soffa tower, dan yang paling tinggi adalah tower zam-zam. Saat berjalan-jalan di jabal rahmah, tower itu masih kelihatan. Terlihat anggun, atau sombong barangkali.
Pelataran masjid masih ramai, di sana-sini orang duduk-duduk di pelataran. Menggelar tikar, menjeplak begitu saja. Ketawa-ketiwi, sambil menikmati kudapan santap makan malam, sayangnya lebih banyak menu KFC dari pada menu kebab yang dinikmati.
Kembali ke masalah mode. Saat berjalan melewati tempat wudlu, aku berpapasan dengan serombongan ABG bercadar. Mereka tampak saling menggoda, dengan bahasa yang tidak aku mengerti. Arab ‘Ammiah. Berkejaran satu sama lain. Mau tak mau ekor mataku mengikuti gerakan mereka. Yang tak biasa selain sepatu mereka, diujung sepatu  terlihat jelas bahan levis. Mereka mengenakan celana levis. Untuk baju atasannya, aku tidak tentu tidak tahu. Hanya mendengar dari para TKW bahwa mereka juga menjadi korban mode seperti kita di negara timur. Bahkan masih di pelataran masjid nabawi, ada toko yang memajang jelas di jendela show room pakaian yang semestinya tidak dipajang di Arab secara vulgar. Setidaknya di depan masjid.
Untuk pria sebenarnya tidak banyak variasi. Selain menggunakan variasi warna thob. Paling juga memodifikasi bentuk krah baju, saku, dan kancing lengan baju. Sebagian memberikan accesories bordiran di sekitar dada kanan. Sebagian dibuat agak lebih ketat, agar bentuk tubuh mereka lebih kelihatan macho gitu. (Kalo yang ini murni prasangka saya). Tapi setidaknya, hampir tak ada pria (dalam pakaian resmi) yang menggunakan pakaian selain Thob.
Ini akhir jilid dua, berikutnya cekidot lagi ya......

Jumat, 13 Juli 2012

Orang Arab : Bagian I


Alkhmadulillah beberapa waktu yang lalu Alloh memberikan kesempatan kepada saya, untuk mengunjungi Baitulloh. Saya tentu saja tidak mau menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut. Selain berpuas diri di dua tanah harom, saya menyempatkan diri untuk mengamati perilaku keseharian orang arab. Selain pengamatan fisik, saya tentu saja dibantu seorang nara sumber. Selama di sana, saya banyak bertanya kepada ustadz saya  yang nota bene adalah seorang mantan TKI. Namanya Ust. Andi. Beliau sudah sepuluh tahun tinggal di sana. Pernah mencoba bermacam profesi. Tentu saja cukup banyak mengenal tabiat orang arab pada umumnya.  Yang saya sampaikan masih sangat sederhana mengingat singkatnya waktu dan sedikitnya nara sumber. Harus digaris bawahi, ini  sekedar intermeso saja. Kalau ada benarnya itu dari Alloh SWT, kalau salah ya di harap ma’lum saja.
Dari hasil pengamatan diketahui, bahwa orang arab itu.
1.       Paling baik dalam menyambut tamu. Kebiasaan ini memang udah dari jaman Nabi Ismail AS masih anak-anak. Kebaikan Siti Hajar menerima kabilah-kabilah arab untuk numpang hidup di Mekkah menjadi tauladan bagi orang-orang arab pada masa berikutnya. Disamping itu ketaatan untuk meneladani Rosululloh menjadi dasar yang lain. Bahwa tuan rumah berkewajiban menjamu tamu selama tiga hari. (Hadistnya mahsyur)
2.       Suka dipuji. Kalau yang ini manusiawi. Siapapun orangnya pasti suka.
3.       Suka Bersedekah. Adalah kebiasaan orang arab untuk berlomba-lomba berbuat baik kepada orang lain. Di masa lampau, salah satu tolak ukur kemuliaan dan ketinggian derajat orang arab di masyarakat adalah dari besarnya kebaikan yang ia berikan kepada orang lain. Meskipun, posisi paling bergengsi (bahkan sampai sekarang) adalah penjaga 2 tanah haram.
4.       Gila Kecepatan. Bisa diketahui dari mobil-mobil yang di pakai di sana. Umumnya pabrikan eropa yang ber “cc” besar. Ferrari, ford, GMC dan lain-lain. Mobil-mobil pabrikan Jepang seperti toyota lebih banyak dipakai buat taksi.  kijang innova, dan toyota camry. Padahal di indonesia kan ntu, tu mobilnya bos-bos. Selain itu tingginya angka kecelakaan menjadi acuan bahwa mereka begitu tergila-gila dengan kecepatan. Saya melihat sendiri bangkai mobil berserakan di sana-sini disepanjang perjalanan saya dari Mekah-madinah, maupun dari madinah-jeddah. Di jalan-jalan di arab telah di pasang kamera pengintai untuk menangkap basah para tukang ngebut. Sekali kena, paling sedikit 250 real harus keluar (ya setengah juta lebih, 1 real = Rp. 2500). Bayangkan saja jarak Mekah-Madinah sejauh 400 km, setara Jakarta-Jogja ditempuh hanya dalam waktu 6 jam. Berikut istirahat dan lain-lain. Selain jalanan luar kota lurus dan datar (kalo ada gunung langsung di jebol), volume kendaraan juga tidak sebanyak di indonesia dan masih banyak lagi faktor berikutnya.  Jadi was-wis-wus...
5.       Update barang baru. Pernah suatu malam saat saya keluar dari masjidil harom, tak sengaja ngelihat ada mba-mba pake “burkha” (saya anggap saja orang arab) sedang sibuk memainkan Gadget keluaran terbaru. Sambil “Ndlosor” di pelataran masjid. Contoh lain adalah HP yang dipakai sama askar (security) dan para pengurus masjid ndak ada yang poliklinik –maksude poliponik- semua pakai “touch screen” (maaf blepotan nulisnya). Selama ziarah di kota, di sana sini terpampang iklan gadget keluaran terbaru, berikut promosi yang lain. Disamping mereka rejekinya baik, barang-barang elektronik umumnya lebih murah 20-30 persen dibandingkan dengan di indonesia.
6.       –Cenderung-  suka pamer. Gampanya kalo abis beli barang-barang baru. Entah elektronik, entah furniture. Mereka mengundang sanak saudara dan handai tolan, untuk melihat barang-barang yang baru saja ia beli. Kemudian membagakannya di depan mereka. Akhirnya terjadi persaingan kepemilikan barang paling update. Kalau info tentang ini saya dapat dari seorang kenalan TKI yang bekerja sebagai sopir pribadi.
7.       Taat beribadah. Secara umum, orang-orang di mekah taat beribadah. Jangan coba-coba keluyuran di tanah haram waktu sholat tiba. Bisa di seret sama askar. Sial-sial bisa masuk bui. Betapapun di jeddah lebih bebas. Tapi masjid-masjid selalu padat di waktu sholat. Bahkan mengantri. Jadi jangan iri kalau rejeki mereka lebih baik dari kita. Lha mereka lebih taat dari pada kita di tanah air.
8.       Terus terang. Secara umum orang arab lebih terus terang. Mereka tidak akan segan mengingatkan orang lain. Apalagi saat di masjid. Mereka tidak akan menyerah jika merasa di jalan yang benar. Dengan keyakinan bahwa di tanah haram hal baik selalu menang. Dan kedzliman selalu kalah. Jadi ndak usah sungkan-sungkan ngeyel di sana kalau memang anda berada di posisi yang benar.
9.       Kalau anda kesasar, orang arab akan mengantar anda sampai ke tempat tujuan. Atau setidaknya sampai ke tempat yang anda mengerti. Hal ini masih berkaitan dengan doktrin kemuliaan-kebaikan yang sudah mengakar di sana.
10.   Perempuan yang baik adalah perempuan yang “gendut”. Seperti kita ketahui, setiap bangsa punya mitos kecantikan sendiri-sendiri. Di jawa cantik itu berarti langsing singset, berkulit kuning langsat. Di amerika yang kudu –maaf- semok begitu. Sementara di gurun pasir, arab, dan sebagian afrika. Cantik itu berarti gendut. Sekali lagi bukan “Gembrot” ya. Saya beruntung bertemu dengan seorang santri yang belajar di salah satu pesantren di mekkah. Namanya M. Mujibuti  asal Madura. Ia nyantri di sana lantaran ibunya marah besar karena mujibuti membawa pulang batu Harom sisa melempar jumroh. Sebagai hukuman, Ia dipaksa pergi lagi ke Mekkah dan tidak boleh pulang sampai menjadi ahli agama.   Mujibuti bilang kepada saya, menurut syair-syair kuno, orang arab lebih banyak memberikan sanjungan kepada perempuan-perempuan gendut. Hal itu berhubungan dengan mitos kesuburan. Bahwa perempuan yang gemuk berarti perempuan yang sehat. Perempuan yang sehat berarti punya kemungkinan untuk bisa melahirkan banyak anak-anak. Mengingat gersangnya tanah arab menjadi sebab tingginya angka kematian akibat, sakit atau kekurangan makanan dan minuman.
Sementara segini dulu ya mas bro. Masih ada banyak point lagi yang saya temukan tentang orang arab. Biar tidak bosen bacanya. Saya terbitkan sedikit demi sedikit. Pokmen cekidot terus blok saya.