Senin, 05 Desember 2011

Sunset Bersama Rosie - Belum sempat menulis jadi Copas Dulu

ukahujan
 
Sebenarnya apakah itu perasaan? Keinginan? Rasa memiliki? Rasa sakit, gelisah, sesak, tidak bisa tidur, kerinduan, kebencian? Bukankah dengan berlalunya waktu semuanya seperti gelas kosong yang berdebu, begitu-begitu saja, tidak istimewa. Malah lucu serta gemas saat dikenang.
Sebenarnya apakah pengorbanan memiliki harga dan batasan? Atau priceless, tidak terbeli dengan uang, karena kita lakukan hanya untuk sesuatu yang amat special di waktu yang juga special? Atau boleh jadi gratis, karena kita lakukan saja, dan selalu menyenangkan untuk dilakukan berkali-kali.
Sebenarnya apakah itu arti ‘kesempatan’? Apakah itu makna ‘keputusan’? Bagaimana mungkin kita terkadang menyesal karena sebuah ‘keputusan’ atas sepucuk ‘kesempatan’? Sebenarnya, siapakah yang selalu pantas kita sayangi?

Novel ini mengisahkan seorang Tegar (35 tahun) yang selalu menyukai pagi. Kisah dimulai saat ia sedang duduk di kantornya sambil menunggu video-streaming dari Rosie dan keluarganya yang sedang merayakan 13 tahun pernikahan di Jimbaran. Tapi kejadian bom bali secara tak terduga menghapus jejak kegembiraan Rosie dan keluarganya. Nathan, suami Rosie meninggal dalam tragedi itu.
Tak selesai sampai di situ, ternyata kejadian bom Bali itu membawa perubahan yang luar biasa besar. Rosie kehilangan suaminya, membuatnya depresi berat hingga mencoba bunuh diri. Sementara Tegar membatalkan pertunangannya dengan Sekar demi menemani Rosie dan anak-anaknya melewati masa-masa sulit itu.
Flashback…. Tegar dan Rosie sebenarnya adalah teman masa kecil dan diam-diam Tegar menaruh hati pada teman kecilnya itu. Suatu ketika (saat mereka sudah kuliah), Tegar memperkenalkan Rosie pada Nathan. Tanpa ia duga bahwa perkenalan itu awal dari kisah menyedihkan mereka. Baru dua bulan berkenalan, Nathan menyatakan cinta pada Rosie di mana saat yang bersamaan Tegar hendak menyatakan hal yang sama. Ah, rencana Tuhan memang selalu misterius, 20 tahun lamanya Tegar memendam perasaan itu pada Rosie akhirnya harus terkalahkan oleh cinta 2 bulannya Nathan.
Bagaimana kelanjutannya? Ah, gak seru kalau aku tulis semua di sini. Baca sendiri dah! Lumayan mengaduk-aduk perasaan. Lika liku kehidupan antara Rosie, Tegar, Sekar, dan anak-anak Rosie yang benar-benar dekat dengan kehidupan kita, pertarungan rasio dan perasaan. Hiks, aku kasihan sama tokoh Sekar. Bagi perempuan (mungkin) memang dicintai lebih baik daripada mencintai. Jadi inget pernyataan Ahyar Anwar dalam Infinitum:
Seorang perempuan yang bersembunyi dalam pikiran dan kenangan seorang lelaki selalu punya kisah yang tak mungkin terbunuh.
Kesempatan tidak datang dua kali. Seandainya ada, pasti dalam ruang dan waktu yang berbeda dan tentunya dengan perasaan yang tak sama, seperti kata Tere “pemahaman yang baru”. Pelajaran yang bisa diambil: jangan sampai kehilangan kesempatan, Sob! Dalam hal apapun, bukan hanya dalam hal percintaan seperti yang ditulis Bung Tere. Satu kesempatan kecil hilang, sama artinya kau membiarkan perubahan besar dalam hidupmu. Yah,, meski semua sudah Allah tuliskan. Kita tak bisa menolak takdir. 

Takdir tak pernah salah berkisah bukan?

1 komentar: