Sabtu, 05 November 2011

Robohnya Surau Kami

Sekali ini kakek begitu muram. 
“Mudah-mudahan pisau cukur ini, yg kuasah tajam-tajam ini, menggorok tenggorokannya”
“Kakek marah?”
“marah? Ya, kalu aku masih muda, tapi aku sudah tua. Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya.

“Sedari mudaku aku di sini bukan? Di surau ini. Tak kuingat punya istri, punya anak punya keluarga seperti orang lain. Tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Segala kehidupanku kuserahkan kepada Alloh subhanahu wata’ala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain.

Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk . umpan neraka.

Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul bedug membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu. Aku membaca kitab-Nya.  Apakah salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk.”

“Ajo sidi tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kiranya.”

Aku melihat mata kakek berlinang.

“Pada suatu waktu, kata Ajo sidi, di akhirat Alloh memeriksa orang-orang yg sudah berpulang. Dan diantara orang-orang yg diperiksa itu ada seorang yg di dunia dinamai haji Soleh. Haji Soleh tersenyum-senum saja, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukkan ke surga. Bagai tak ada habis-habisnya yang berantri begitu panjang.

Akhirnya samapailah giliran haji Saleh. Lalu Tuhan mengajukan pertanyaan.

“Engkau?”
“Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku”
‘Aku tidak Tanya nama. Takperlu’
“Apa kerjamu di dunia?”
“Aku enyembah Engkau selalu, tuhan”
“ lain?”
“Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain dari pada beribadat kepada-Mu.
“ lain?”
Haji saleh tak dapat menjawab lagi. Ia sudah menceritakan semuanya. Api neraka tiba-tiba menghawakan kehangatanya ke tubuh Haji saleh. Dan ia menangis.

“Sungguh tidak ada lagi yg kau kerjakan di dunia selain yg kau kerjakan tadi?”
“ya itulah semuanya, Tuhanku.”

“Masuk kamu.”

Dan malaikat dengan sigapnya menjewer  haji saleh ke neraka.  Haji Saleh tidak mengerti kenapa ia di bawa ke neraka. Ia tidak mengerti apa yang dikehendaki Tuhan dari padanya dan ia percaya Tuhan tidak silap.
Sekian lama hanya mendengar judulnya. 

Akhirnya buku karangan AA navis berhasil kudapatkan. Bayangkan Bro, bukankah sedari kira kecil. Belajar bahasa Indonesia dari SD, SMP dan serta SMA kita hanya mendengar judulnya saja.

Sebagian mungkin bisa menikmatinya lebih dahulu, akan tetapi untuk siswa malas seperti ku, tak rajin membaca. Tak rajin pula ke perpus. Rasanya buku “Robohnya Surau kami” terasa sangat asing.

Buku “Robohnya Surau kami” berisi cerita-cerita satir. Namun sangat kaya dengan pesan moral. Agak sedikit sulit dicerna –tentu untuk ukuranku, yg nilai bahasa Indonesia. Pun di UN hanya dapat 6- hingga harus memelototinya lambat-lambat.

“….. kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain yang mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara dirimu sendiri, saling manipu, saling memereas. Aku beri engaku negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal disamping beribadat. Bagaimana engkau beramal kalau engkau miskin. Engkau kira Aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahku saja.….”

“Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka. Karena itu kau taat sembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimus sendiri, sehingga mereka kucar-kacir selamanya. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikitpun..”

Demikianlah cerita Ajo sidi yg kudengar dari kakek. Cerita yg memurungkan kakek.

Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata aku tidak pergi menjenguk.
“Siapa yg meninggal?” tanyaku kaget.
“kakek”
“kakek?”
“Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan mengerikan sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar