Jumat, 30 Agustus 2013

Mari Merenung.. Mari Menghitung Diri...

Dalam sebuah obrolan aku diberi pertanyan pilihan. Mending  "Bodo nglakoni, utawa pinter ora nglakoni". Jadi orang bodoh tapi mengamalkan, atau menjadi  pinter tapi tidak mengamalkan.
Ditempat lain, pertanyaan yang laen muncul  "Pilih kere mule, apa sugih medit", Pilih miskin pemurah atau kaya tapi pelit.

Besar sekali kemurkaan Alloh dengan orang yang tahu tapi tak mau mengamalkan. Habis sudah sempurna kita di hadapan-Nya. Kemudian disejajarkan kita dengan makhluk yang lebih hina.  Berilmu kemudian beramal soleh.  Pengetahuan tanpa amal sholeh sangatlah berbahaya. Tak hanya menyesatkan diri sendiri namun bisa dipergunakan untuk menyesatkan orang lain. Menggunakan kemampuannya untuk keuntungan diri sendiri. "pinter, keblinger". Mengapa setelah  diberi ilmu dan petunjuk, malahan memilih jalan hina?

Yang beribadah tanpa ilmu dianggap sebagai orang yang merugi. Lelah badan dan hatinya, namun tak juga memperoleh apa-apa. Sangat banyak ayat-ayat maupun dalil-dalil tentang pentingnya ilmu pengetahuan. Tak ada perbedaan antara ilmu-ilmu ibadah dengan ilmu-ilmu alam. Tak boleh kita menganggapnya salah satu lebih utama. Karena Alloh SWT meletakkan pula –tantangan- tentang pengetahuan alam untuk menunjang hal-hal yang terkait ibadah maupun terkait kehidupan manusia. Bukankah mereka yang diberi petunjuk adalah mereka yang senantiasa "berdzikir", merenung baik dalam segala keadaan, berdiri, duduk, maupun berbaring. Tuhanku, sungguh Engkau menciptakan segala sesuatu tak ada yang sia-sia.  

Kemudian, menjadi kaya dengan banyak harta, juga bukan tanpa konsekwensi. Harta yang kita punya ada pertanggung jawabannya. Ada audit dan perhitungannya. Dapat dari mana? Untuk apa dibelanjakan? Kekayaan yang dipergunakan secara bijak, akan membawa kebahagiaan dan keberkahan bagi si empunya.  Kekayaan yang dipakai dengan sembrono, foya-foya, hura-hura akan membawa kesengsaraan pada akhirnya.  Alloh mengancam kita. Jikalau kita bersyukur, ditambahlah nikmat kita. Jikalau kufur, tunggu saja kecelakaan bagi kita. Lihatlah nasib Firáun, Qorun dan tsa'labah.

Kemiskinan membuat orang merasa aman. Kesalehan dalam keterbatasan. Tak ada harta yang perlu dipertanggung jawabkan. Namun, apakah kita akan menjadi soleh sendirian. Tak peduli pada keadaan sekitarnya. Bukankah setelah sholat ada amal sholeh? Setelah amal sholeh ada saling menasehati dan mengajak pada kebaikan dan kesabaran.  Bohong sholat kita, bohong puasa kita, jika kita hanya peduli pada diri sendiri. Mengabaikan  fakir miskin dan anak yatim. Kenikmatan dunia memang melenakan, namun ketidakpedulian bertentangan dengan maksud penciptaan. Bukankah Ia, Yang menciptakan alam semesta dan segala isinya, tak pernah sedikitpun mengabaikan ciptaan-Nya. Yang taat ataupun ingkar di perhatikan-Nya. Semua disayangi-Nya.

Sejatinya, bukankah hidup ini sebuah pilihan. Kita diberi modal. Panca indra dan kecerdasan. Umur dan kesempatan. Dalam hidup kita yang sekali-kalinya ini,  Apakah akan digunakan untuk duduk diam, ataukah bekerja? Sungguh  waktu akan terus berjalan. Jatah kita di dunia akan terus berkurang.  Maka kita diminta, Agar mencari sebanyak-banyak nya keduniaan, seakan-akan kita hidup selamanya. Kita diminta agar beribadah sekuat tenaga, seakan-akan kita mati esok hari. Banyak secara kuantitas, banyak secara kualitas.
 Pada akhirnya nanti kita semua akan menyesal, menyesal kenapa di dunia kita tidak berbuat baik. Menyesal karena hanya sedikit berbuat baik. Menyesal karena kebaikan  -yang kita rasa- banyak ini, masih tetap kurang banyak. Yang senantiasa berbuat baik saja akan menyesal, bagaimanakah dengan yang tidak berbuat baik?

 "Bodo nglakoni, utawa pinter ora nglakoni"  atau "Pilih kere mule, apa sugih medit" adalah pertanyaan bagi kita semua.  Berhentilah terlena.  Merasa nyaman.  Merasa  cukup berbuat baik. Merasa sudah cukup beramal ibadah. Nyaman kita dengan kebaikan yang sedikit. Nyaman kita memilih-milih dosa. Nyaman memilih-milih pahala. Mengapa tak kita borong saja banyak-banyak. Gapai sebanyak-banyaknya kebaikan, tinggalkan sebanyak-banyaknya keburukan. Padahal nabi saja tak pernah melewatkan istighfarnya sebelum tidur.

Maka semestinya kita memilih,  "yo pinter, yo nglakoni, yo duwe yo mule"  Ya pinter,  ya mengerjakan, ya kaya,  ya pemurah.  Pilihlah itu saja. Sekuat tenaga kita.
Selagi berkesempatan
Selagi berkesehatan
Selagi berkemampuan
Selagi berkekuatan

Selagi berkehidupan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar