Dalam sebuah obrolan aku diberi pertanyan pilihan.
Mending "Bodo nglakoni, utawa pinter
ora nglakoni". Jadi orang bodoh tapi mengamalkan, atau menjadi pinter tapi tidak mengamalkan.
Ditempat lain, pertanyaan yang laen muncul "Pilih kere mule, apa sugih
medit", Pilih miskin pemurah atau kaya tapi pelit.
Besar sekali kemurkaan Alloh dengan orang yang tahu tapi
tak mau mengamalkan. Habis sudah sempurna kita di hadapan-Nya. Kemudian disejajarkan
kita dengan makhluk yang lebih hina. Berilmu
kemudian beramal soleh. Pengetahuan tanpa
amal sholeh sangatlah berbahaya. Tak hanya menyesatkan diri sendiri namun bisa
dipergunakan untuk menyesatkan orang lain. Menggunakan kemampuannya untuk
keuntungan diri sendiri. "pinter, keblinger". Mengapa setelah diberi ilmu dan petunjuk, malahan memilih jalan hina?
Yang beribadah tanpa ilmu dianggap sebagai orang yang
merugi. Lelah badan dan hatinya, namun tak juga memperoleh apa-apa. Sangat
banyak ayat-ayat maupun dalil-dalil tentang pentingnya ilmu pengetahuan. Tak
ada perbedaan antara ilmu-ilmu ibadah dengan ilmu-ilmu alam. Tak boleh kita
menganggapnya salah satu lebih utama. Karena Alloh SWT meletakkan pula
–tantangan- tentang pengetahuan alam untuk menunjang hal-hal yang terkait
ibadah maupun terkait kehidupan manusia. Bukankah mereka yang diberi petunjuk
adalah mereka yang senantiasa "berdzikir", merenung baik dalam segala
keadaan, berdiri, duduk, maupun berbaring. Tuhanku, sungguh Engkau menciptakan
segala sesuatu tak ada yang sia-sia.
Kemudian, menjadi kaya dengan banyak harta, juga bukan
tanpa konsekwensi. Harta yang kita punya ada pertanggung jawabannya. Ada audit
dan perhitungannya. Dapat dari mana? Untuk apa dibelanjakan? Kekayaan yang
dipergunakan secara bijak, akan membawa kebahagiaan dan keberkahan bagi si
empunya. Kekayaan yang dipakai dengan sembrono,
foya-foya, hura-hura akan membawa kesengsaraan pada akhirnya. Alloh mengancam kita. Jikalau kita bersyukur,
ditambahlah nikmat kita. Jikalau kufur, tunggu saja kecelakaan bagi kita.
Lihatlah nasib Firáun, Qorun dan tsa'labah.
Kemiskinan membuat orang merasa aman. Kesalehan dalam
keterbatasan. Tak ada harta yang perlu dipertanggung jawabkan. Namun, apakah
kita akan menjadi soleh sendirian. Tak peduli pada keadaan sekitarnya. Bukankah
setelah sholat ada amal sholeh? Setelah amal sholeh ada saling menasehati dan
mengajak pada kebaikan dan kesabaran. Bohong
sholat kita, bohong puasa kita, jika kita hanya peduli pada diri sendiri. Mengabaikan
fakir miskin dan anak yatim. Kenikmatan
dunia memang melenakan, namun ketidakpedulian bertentangan dengan maksud
penciptaan. Bukankah Ia, Yang menciptakan alam semesta dan segala isinya, tak
pernah sedikitpun mengabaikan ciptaan-Nya. Yang taat ataupun ingkar di
perhatikan-Nya. Semua disayangi-Nya.
Sejatinya, bukankah hidup ini sebuah pilihan. Kita diberi
modal. Panca indra dan kecerdasan. Umur dan kesempatan. Dalam hidup kita yang
sekali-kalinya ini, Apakah akan digunakan
untuk duduk diam, ataukah bekerja? Sungguh waktu akan terus berjalan. Jatah kita di dunia
akan terus berkurang. Maka kita diminta,
Agar mencari sebanyak-banyak nya keduniaan, seakan-akan kita hidup selamanya. Kita
diminta agar beribadah sekuat tenaga, seakan-akan kita mati esok hari. Banyak
secara kuantitas, banyak secara kualitas.
Pada akhirnya nanti
kita semua akan menyesal, menyesal kenapa di dunia kita tidak berbuat baik.
Menyesal karena hanya sedikit berbuat baik. Menyesal karena kebaikan -yang kita rasa- banyak ini, masih tetap
kurang banyak. Yang senantiasa berbuat baik saja akan menyesal, bagaimanakah
dengan yang tidak berbuat baik?
"Bodo
nglakoni, utawa pinter ora nglakoni"
atau "Pilih kere mule, apa sugih medit" adalah pertanyaan
bagi kita semua. Berhentilah terlena. Merasa nyaman. Merasa cukup berbuat baik. Merasa sudah cukup beramal
ibadah. Nyaman kita dengan kebaikan yang sedikit. Nyaman kita memilih-milih
dosa. Nyaman memilih-milih pahala. Mengapa tak kita borong saja banyak-banyak.
Gapai sebanyak-banyaknya kebaikan, tinggalkan sebanyak-banyaknya keburukan.
Padahal nabi saja tak pernah melewatkan istighfarnya sebelum tidur.
Maka semestinya kita memilih, "yo pinter, yo nglakoni, yo duwe yo
mule" Ya pinter, ya mengerjakan, ya kaya, ya pemurah.
Pilihlah itu saja. Sekuat tenaga kita.
Selagi berkesempatan
Selagi berkesehatan
Selagi berkemampuan
Selagi berkekuatan
Selagi berkehidupan