Duhai, apakah engkau akan memilih mati ketika cinta sejatimu tak terwujud? Ataukah hanya bisa memeluk lutut, menangis tersedu, bersembunyi di balik pintu seperti anak kecil tak kebagian sebutir permen?
Jim, dipilih penjaga dongeng-dongeng, sang Penandai untuk mengukir kisah melupakan sang pujaan hati.
Terpilih untuk menggurat cerita tentang berdamai dengan masa lalu. Dia HARUS menyelesaikan pahit-getir-perjalanannya- apapun harganya!
Karena seluruh penduduk bumi sungguh membutuhkan dongeng ini.
Untuk memaknai hakikat sebenarnya patah hati!
Untuk memahami arti sebenarnya kehilangan!
Satu lagi buku “tere liye” hadir, untuk mengajarkan banyak hal.
Agar saat engkau merasa sangat berduka, sangat kehilangan, dan nyaris berputus asa..
Maka bayangkanlah..
seolah-olah engkau telah bertemu Sang Penandai, sang penjaga dongeng-dongeng. Yang akan mendatangimu bersama ribuan capung warna-warni.
Untuk menceritakan kepadamu “Dongeng terindah yang pernah ada yang cocok benar dengan dengan masa lalu, masa kini dan masa depanmu”
Untuk mengisahkan kepadamu sebuah dongeng yg engkau gambarkan dengan tanganmu sendiri.
Untuk menguatkan hatimu bahwa “Pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya…”
"Saya seumur-umur belum pernah membaca novel sampai habis. Novel yang menakjubkan!! Jim menggambarkan sosok yang tak kunjung selesai mencari jati diri dan juga hakikat cinta. Sang "Penandai", yang dijadikan penulis sebagai tokoh imaginer, menjadi simbol moral yang membimbing Jim mengarungi kehidupan yang nyaris tak bertepi. Sementara Nayla melambangkan sosok ideal yang memang hanya bisa kita gapai dalam mimpi. Sungguh, novel ini sangat menyenangkan hingga ke akhir cerita, jauh dari membosankan, dan tidak cengeng."
-- FAISAL BASRI, Pengamat Ekonomi-Politik
"Sebuah novel fantasi tentang perjalan pencarian jati diri yang berliku. Layak dinikmati."
-- HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY, Penulis Ayat-ayat Cinta
"Membaca novel ini, pembaca harus siap-siap memasuki sebuah dunia fantasi, dikuasai oleh panorama samudra. Gerakannya kolosal, tidak merujuk pada pilar sejarah dan geografi yang eksak, dengan flot tak terduga. Ribuan capung, Sang Penandai yang tak kenal masa dan cinta Nayla-semuanya kita terima sebagai pelangi fantasi banyak-warna novelis Tere Liye."
-- TAUFIK ISMAIL, Penyair
Sang penandai.. I can't stop read it...
sang penandai.. two Thumbs Up!!!
mantaappsss mas naryokk!penulis sejati..
BalasHapus