Al-hikmah masih ramai. suara anak-anak riuh rendah. seperti kicau burung dimusim panen. Berkejaran, berlarian kesana-kemari. tertawa, memekik saling menggoda. yang putri sibuk dengan tali, congklak, tebak-tebakan, membuat kue dari tanah yg dicampur air. Kotor, berantakan. yang putra sibuk memperebutkan bola kecil di tengah lapangan berdebu. Masih tanpa alas kaki, berisik sekali. Anak-anak memang selalu begitu. selalu menyenangkan dipandang.
Tapi tidak dengan Ajeng. Ia memilih bermain ayunan di pojok lapangan, sendirian. tempatnya bermain sejak setahun lalu. Salah satu tempat favorit bagi anak-anak saat istirahat. Menjadi alasan penting untuk selalu pergi ke sekolah, bahkan saat sakit sekalipun.
Hari ini minggu terakhir sekolah TK. Tidak seperti biasa, Ia lebih banyak diam. Berayun maju mundur, menekuri tanah berpasir di lapangan bermain. Ia kelihatan gelisah. Sesuatu mengganggu pikirannya. Bosan dengan ayunannya, ia beranjak pergi. Menemui Ustadzah.
Ajeng mendekati ustadah, ragu-ragu.. mengumpulkan segenap kekuatan, menyampaikan isi hatinya.
"Us... ", .
"Ya.. ada apa mba Ajeng", yg di sapa heran, mengerutkan dahi. "mba Ajeng kenapa?"
"Besok aku sekolah di SD biasa saja Us" wajahnya kecut, ada perasaan sedih di sana, hamper putus asa.
ustadah tidak menjawab, memperhatikan apa gerangan yg mengganggu kesayangannya.
"Kasian simbokku..." Ajeng tertunduk
Ustadzah tetap diam, hanya memperhatikan, bingung apa maksudnya..
“Kan kalau sekolah di sini mbayarnya mahal”
"Mba ajeng ndak boleh begitu.. coba 'matur' dulu sama ibu" ustadazh lembut mengelus kepalanya.
Ajeng hanya mengangguk, mengiyakan, tapi wajahnya tidak berubah. tidak berbinar seperti biasanya. Kemudian berlalu meninggalkan ustadzah, meneruskan bermain. Tidak baik mengganggu ustadzah. Bliau sedang sibuk.
Ajeng Kurnia Nur azizah. nama yg panjang. satu-satunya gadis ibuku dari sepuluh bersaudara. paling kecil diantara kami. Buah kesabaran bapak-simbokku selama lebih dari 30 tahun. Tahukah kamu kawan? kesabaran memang selalu membuahkan hasil. Seperti kata pepatah…
Man Jadda wajadda… Man Shobaro, zafiro…
Kami 10 bersaudara yg istimewa. Ia seorang putri di sarang penyamun. Kebayang betapa berat hari-harinya. Selalu diganggu setiap waktu, ada saja yang jail. Bahkan untuk urusan paling kecil sekalipun. Ajeng paling istimewa diantara kami. ya.. setidak-tidaknya paling cantik... dan satu lagi... paling Sensi... he he he...
Hapeku berdering...
"Mamas..." Ajeng menyapa di ujung telepon, suaranya pelan. seperti menahan sesuatu.
Ia paling dekat denganku, bahkan ustadzah pernah cerita, sepertinya hanya aku saja saudaranya. Hanya aku yg diceritakan saat mereka berdua.
“Mamas, “
"Mas.. besok.. aku sekolah.. di SD biasa saja ya.." agak terbata.
"Kenapa Nduk?" aku menjawab, ingin tau.
"Ndak papa mas..."
"Lha ayang ndak kepengin po nglanjut di sana?" aku makin penasaran..
.... diam lama.. ndak ada suara...
"Hallo nduk?"
"Iya mas..."
"Gimana? Ajeng kepengin ndak?"
"Memang boleh mas?..."
"Memang boleh Ajeng lanjut sekolah di al hikmah?"
"Lho kenapa tidak?"
Oalah.. jadi urusan ini yg mengganggumu nduk.. ternyata tentang sekolahanmu...
"Ayang... "
"Ayang.. kalau memang ayang pengin sekolah disana,"
"Sekolahlah..., Biar mamas yang mengusahakan biayanya "
"Ayang boleh sekolah di sana..."
"Mamasmu malah seneng kalo ajeng nglanjut di Al-hikmah"
"Tapi harus belajar yang rajin ya..."
"Iya mas.." Ajeng berkata mantap. Ada kegembiraan di sana.
... Diam lagi...
"Sudah ya mas..."
"Iya..."
"Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumussalam..."
Ia memang tidak pernah lama berbicara, menyampaikan apa yg diinginkannya, kemudian menutup telepon, kadang meninggalkan begitu saja.
Ayang.. kau boleh sekolah setinggi-tingginya.. bahkan harus.. tugasmu belajar yg rajin. biar kami yg mengusahakannya. jadilah sebaik yg engkau bisa. jadilah seperti yg engkau inginkan. jadi dokter.. jadi guru.. jadi apalah.. terserah.. kami mendukungmu. karena kami tau... tantangan hidupmu nanti tidak akan mudah. tanggung jawabmu besar. maka bersungguh-sungguhlah...
Hari masih pagi, sekolah masih sepi...
"Us... assalamu'alaikum" takzim mencium punggung tangan ustadzah
"wa'alaikumussalam warokhmatulloh" ustadzah tersenyum, mengusap jilbab pink Ajeng. Ajeng selalu tampak dua kali lebih cantik dengan jilbab itu.
"Kata mamasku.. aku boleh sekolah di sini..", mata hitamnya berbinar... tersenyum lebar.
"Iya..." ustadzah mengguk mantap.
"Iya us.. kemarin pas telpon bilang begitu" Ajeng mencoba meyakinkan.
"belajar yg rajin ya..."
"Iya us..."
Ajeng berjalan menuju kelasnya. meletekan tas dan berganti alas kaki. langsung menuju ke pinggir lapangan. bermain ayunan. ayunan warna-warni. ayunan yg pastinya masih bisa dinikmati lebih lama. karena ia akan sekolah di sini lagi, di al Hikmah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar