“Mba Nita.. itu siapa mba?”
“Mba Bella... Itu namanya mas naryo” Yunita menjawab dengan wajah khasnya, selalu saja ada senyuman 10 cm, untuk pertanyaan Bella. Namun jangan coba menggodanya, bisa jadi sangat galak seperti Kak Ros di serial Upin Ipin.
“O.. Namanya Mba Bella ya?” jawabku dengan intonasi sok akrab, aku selalu punya jurus ampuh untuk menyihir anak-anak.
Tatap matanya dengan sungguh-sungguh. Tersenyum setulus hati, dan sapalah lebih dulu. Jika engkau beruntung, engkau bisa mengelus kepalanya, dan setelah itu.. engkau bisa berteman dengannya.
Mata bening Bella tak juga berpaling dari dariku.. menatap penuh heran..
Siapa gerangan?
“Mba Nita.. Mas Naryo itu siapa?”
“Itu mas nya mba Nita, mas nya Mb Ratna.. Masnya Mba-mba di PAY ini ”
Bella mengangguk sok paham.
Ya...
gadis 4 tahunan itu namanya Bella. Mata bening Bella menandakan ketajaman pikiran. Rambutnya baru dipotong setengkuk, biar mudah disisir.. biar mudah dirapikan.
Bella satu dari sekian anak baru yang aku lihat tinggal di PAY. Dia yang termuda..
“Bella baru tiga bulanan di sini mas” Nita mulai bercerita.
“Bella tidurnya sama ibu, masih terlalu kecil”
“Ya,.. jadi anaknya ibu”
“Bella asalnya dari mana?” aku memberanikan diri menyapa.
Setelah dibujuk agak lama...
“Gunung kidul mas” Bella menjawab malu-malu
“Gunung kidul itu sebelah mana Mba Bella?” aku mulai melanjutkan..
Yang ditanya bingung.. malu.. sambil sibuk menunjuk arah.. dengan tangan kecilnya..
“Mba Bella.. itu loh.. mb bella ditanya sama mas naryo” Nita mencoba membujuk..
Yang ditanya hanya tersenyum malu, melenggak-lenggok salah tingkah..
“Mba Nita.. Ini buku buat siapa?” Bella menyeletuk bertanya. Buku karangan Tere Liye yg baru kubeli di Shopping center. Kalau ketemu anak PAY, ya harus diIkhlaskan salah satunya..
“MOGA BUNDA DISAYANG ALLOH” kuikhlaskan saja..
“Mba Nita... Ini Buat Bella ya?” tak sabaran ingin mendengar jawaban.
“Pasti buat Bella kan Mba?.. soalnya ada gambar anak-anaknya”
“Memang Bella sudah bisa Mbaca?”
Bella menggeleng..
“Kan Mba nita bisa nyeritain sama Bella” Bella tak mau kalah.
“Bella mau ko mendengarkan ceritanya, kan Mba Nita Pintar becerita..”
Bella memang banyak bertanya. Itulah yang membuatku takjub. Aku yakin suatu saat ia akan menjadi perempuan yg cerdas.
“Ibunya Bella meninggal beberapa waktu yg lalu mas..” Nita mulai bercerita.
“Kemudian diantar bapaknya kesini tiga bulan yang lalu”
“Setelah itu dia pergi begitu saja, seperti lepas tanggung jawab”
Selalu saja ada cerita yg berbeda di PAY. Selalu saja ada orang tua yang menerlantarkan anak-anaknya. Tidak ada manusia yg bisa memilih dari mana ia akan dilahirkan. Bella juga begitu, tidak pernah meminta lahir di gunung kidul. Tidak pernah meminta ditinggal ibu sewaktu kecil. Dan tidak minta ditinggalkan begitu saja di Panti Asuhan.
Bella.. kalau boleh aku katakan padamu, sungguh engkau tetap sangat beruntung nak. Setidaknya Bella aman di sini. Bella bisa sekolah setinggi-tingginya. Bella bisa menjadi apa saja yg Bella inginkan.
Kudoakan semoga Engkau bisa meraih cita-citamu kelak nak.. jadilah yg terbaik.. sebesar apapun kemarahanmu pada orang tuamu, Ikhlaslah engkau mendoakan kebaikannya.
Dering bel, memecahkan obrolan kami.. suara bel panjang... berarti waktunya Sholat asar, waktunya mandi, waktunya beres-beres di sore hari. Nyapu, nyuci.. nyeterika.. dan lain sebagainya..
“Mba Bella.. sudah sore.. mandi yuk?” Nita membujuk dengan senyum sepuluh centinya,
“Iya Mbak.. tapi nanti jangan lupa diceritain ya Mba..”
Yunita mengangguk.. meyakinkan.
“Mas.. Bella mandi dulu ya.. Assalamu’alaikum”
“wa’alaikumussalam.. jawabku pelan”
Dan Bella pun berlalu.. digandeng Yunita penuh kegirangan. Tak sabar ingin mendengar sebuah kisah...
‘MOGA BUNDA DISAYANG ALLOH”...
“Mba Bella... Itu namanya mas naryo” Yunita menjawab dengan wajah khasnya, selalu saja ada senyuman 10 cm, untuk pertanyaan Bella. Namun jangan coba menggodanya, bisa jadi sangat galak seperti Kak Ros di serial Upin Ipin.
“O.. Namanya Mba Bella ya?” jawabku dengan intonasi sok akrab, aku selalu punya jurus ampuh untuk menyihir anak-anak.
Tatap matanya dengan sungguh-sungguh. Tersenyum setulus hati, dan sapalah lebih dulu. Jika engkau beruntung, engkau bisa mengelus kepalanya, dan setelah itu.. engkau bisa berteman dengannya.
Mata bening Bella tak juga berpaling dari dariku.. menatap penuh heran..
Siapa gerangan?
“Mba Nita.. Mas Naryo itu siapa?”
“Itu mas nya mba Nita, mas nya Mb Ratna.. Masnya Mba-mba di PAY ini ”
Bella mengangguk sok paham.
Ya...
gadis 4 tahunan itu namanya Bella. Mata bening Bella menandakan ketajaman pikiran. Rambutnya baru dipotong setengkuk, biar mudah disisir.. biar mudah dirapikan.
Bella satu dari sekian anak baru yang aku lihat tinggal di PAY. Dia yang termuda..
“Bella baru tiga bulanan di sini mas” Nita mulai bercerita.
“Bella tidurnya sama ibu, masih terlalu kecil”
“Ya,.. jadi anaknya ibu”
“Bella asalnya dari mana?” aku memberanikan diri menyapa.
Setelah dibujuk agak lama...
“Gunung kidul mas” Bella menjawab malu-malu
“Gunung kidul itu sebelah mana Mba Bella?” aku mulai melanjutkan..
Yang ditanya bingung.. malu.. sambil sibuk menunjuk arah.. dengan tangan kecilnya..
“Mba Bella.. itu loh.. mb bella ditanya sama mas naryo” Nita mencoba membujuk..
Yang ditanya hanya tersenyum malu, melenggak-lenggok salah tingkah..
“Mba Nita.. Ini buku buat siapa?” Bella menyeletuk bertanya. Buku karangan Tere Liye yg baru kubeli di Shopping center. Kalau ketemu anak PAY, ya harus diIkhlaskan salah satunya..
“MOGA BUNDA DISAYANG ALLOH” kuikhlaskan saja..
“Mba Nita... Ini Buat Bella ya?” tak sabaran ingin mendengar jawaban.
“Pasti buat Bella kan Mba?.. soalnya ada gambar anak-anaknya”
“Memang Bella sudah bisa Mbaca?”
Bella menggeleng..
“Kan Mba nita bisa nyeritain sama Bella” Bella tak mau kalah.
“Bella mau ko mendengarkan ceritanya, kan Mba Nita Pintar becerita..”
Bella memang banyak bertanya. Itulah yang membuatku takjub. Aku yakin suatu saat ia akan menjadi perempuan yg cerdas.
“Ibunya Bella meninggal beberapa waktu yg lalu mas..” Nita mulai bercerita.
“Kemudian diantar bapaknya kesini tiga bulan yang lalu”
“Setelah itu dia pergi begitu saja, seperti lepas tanggung jawab”
Selalu saja ada cerita yg berbeda di PAY. Selalu saja ada orang tua yang menerlantarkan anak-anaknya. Tidak ada manusia yg bisa memilih dari mana ia akan dilahirkan. Bella juga begitu, tidak pernah meminta lahir di gunung kidul. Tidak pernah meminta ditinggal ibu sewaktu kecil. Dan tidak minta ditinggalkan begitu saja di Panti Asuhan.
Bella.. kalau boleh aku katakan padamu, sungguh engkau tetap sangat beruntung nak. Setidaknya Bella aman di sini. Bella bisa sekolah setinggi-tingginya. Bella bisa menjadi apa saja yg Bella inginkan.
Kudoakan semoga Engkau bisa meraih cita-citamu kelak nak.. jadilah yg terbaik.. sebesar apapun kemarahanmu pada orang tuamu, Ikhlaslah engkau mendoakan kebaikannya.
Dering bel, memecahkan obrolan kami.. suara bel panjang... berarti waktunya Sholat asar, waktunya mandi, waktunya beres-beres di sore hari. Nyapu, nyuci.. nyeterika.. dan lain sebagainya..
“Mba Bella.. sudah sore.. mandi yuk?” Nita membujuk dengan senyum sepuluh centinya,
“Iya Mbak.. tapi nanti jangan lupa diceritain ya Mba..”
Yunita mengangguk.. meyakinkan.
“Mas.. Bella mandi dulu ya.. Assalamu’alaikum”
“wa’alaikumussalam.. jawabku pelan”
Dan Bella pun berlalu.. digandeng Yunita penuh kegirangan. Tak sabar ingin mendengar sebuah kisah...
‘MOGA BUNDA DISAYANG ALLOH”...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar