Pada
suatu hari menjelang berakhirnya masa pembuangan, Yudistira dan keempat adiknya membantu seorang brahmana yang
kehilangan peralatan upacaranya karena tersangkut pada tanduk seekor rusa liar.
Dalam pengejaran terhadap rusa itu, kelima Pandawa merasa haus. Yudistira pun
menyuruh Sadewa mencari air minum. Karena lama tidak kembali, Nakula disuruh
menyusul, kemudian Arjuna, lalu akhirnya Bima menyusul pula. Yudistira semakin
cemas karena keempat adiknya tidak ada yang kembali.
Yudistira
kemudian berangkat menyusul Pandawa dan menjumpai mereka telah tewas di tepi
sebuah telaga. Ada seekor bangau (Baka) yang mengaku sebagai pemilik telaga
itu. Ia menceritakan bahwa keempat Pandawa tewas keracunan air telaganya karena
mereka menolak menjawab pertanyaan darinya. Sambil menahan haus, Yudistira
mempersilakan Sang bangau untuk bertanya. Sang bangau lalu berubah wujud
menjadi Yaksa. Satu per satu pertanyaan demi pertanyaan berhasil ia jawab.
Inilah sebagian pertanyaan yang diajukan Yaksa pada Yudistira:
Yaksa:
Apa yang lebih berat daripada Bumi, lebih luhur daripada langit, lebih cepat
daripada angin dan lebih berjumlah banyak daripada gundukan jerami?
Yudhishthira:
Sang Ibu lebih berat daripada Bumi, Sang Ayah lebih luhur daripada langit,
Pikiran lebih cepat daripada angin dan kekhawatiran kita lebih berjumlah banyak
daripada gundukan jerami.
Yaksa:
Siapakah kawan dari seorang musafir? Siapakah kawan dari seorang pesakitan dan
seorang sekarat?
Yudhishthira:
Kawan dari seorang musafir adalah pendampingnya. Tabib adalah kawan seorang
yang sakit dan kawan seorang sekarat adalah amal.
Yaksa:
Hal apakah yang jika ditinggalkan membuat seseorang dicintai, bahagia dan kaya?
Yudhishthira:
Keangkuhan, bila ditinggalkan membuat seseorang dicintai. Hasrat, bila
ditinggalkan membuat seseorang kaya dan keserakahan, bila ditinggalkan membuat
seseorang bahagia.
Yaksa:
Musuh apakah yang tidak terlihat? Penyakit apa yang tidak bisa disembuhkan?
Manusia macam apa yang mulia dan hina?
Yudhishthira:
Kemarahan adalah musuh yang tidak terlihat. Ketidakpuasan adalah penyakit yang
tidak bisa disembuhkan. Manusia mulia adalah yang mengharapkan kebaikan untuk
semua makhluk dan Manusia hina adalah yang tidak mengenal pengampunan.
Yaksa:
Siapakah yang benar-benar berbahagia? Apakah keajaiban terbesar? Apa jalannya?
Dan apa beritanya?
Yudhishthira:
Seorang yang tidak punya hutang adalah benar-benar berbahagia. Hari demi hari
tak terhitung orang meninggal. Namun yang masih hidup berharap untuk hidup
selamanya. Ya Tuhan, keajaiban apa yang lebih besar? Perbedaan pendapat membawa
pada kesimpulan yang tidak pasti, Antara Śruti saling berbeda satu sama lain,
bahkan tidak ada seorang Resi yang pemikirannya bisa diterima oleh semua.
Kebenaran Dharma dan tugas, tersembunyi dalam gua-gua hati kita. Karena itu
kesendirian adalah jalan dimana terdapat yang besar dan kecil. Dunia yang
dipenuhi kebodohan ini layaknya sebuah wajan. Matahari adalah apinya, hari dan
malam adalah bahan bakarnya. Bulan-bulan dan musim-musim merupakan sendok
kayunya. Waktu adalah Koki yang memasak semua makhluk dalam wajan itu (dengan
berbagai bantuan seperti itu). Inilah beritanya.
Akhirnya,
Yaksa pun mengaku kalah, namun ia hanya sanggup menghidupkan satu orang saja.
Dalam hal ini, Yudistira memilih Nakula untuk dihidupkan kembali. Yaksa heran
karena Nakula adalah adik tiri, bukan adik kandung. Yudistira menjawab bahwa
dirinya harus berlaku adil. Ayahnya, yaitu Pandu memiliki dua orang istri. Karena
Yudistira lahir dari Kunti, maka yang dipilihnya untuk hidup kembali harus
putera yang lahir dari Madri, yaitu Nakula.
Yaksa
terkesan pada keadilan Yudistira. Ia pun kembali ke wujud aslinya, yaitu Dewa
Dharma. Kedatangannya dengan menyamar sebagai rusa liar dan yaksa adalah untuk
memberikan ujian kepada para Pandawa. Berkat keadilan dan ketulusan Yudistira,
maka tidak hanya Nakula yang dihidupkan kembali, melainkan juga Bima, Arjuna,
dan Sadewa.