Jumat, 30 Desember 2011

Sebuah Doa....

Ya Alloh..
Berikanlah taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucukan dia..
Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya..
Engkau pencipta dan pelindungnya...

Ya Alloh...
Perbaiki hubungan antar kami..
Rukunkan antar hati kami..
Tunjuki kami jalan keselamatan..
Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang..

Ya Alloh..
Jadikan kami orang-orang muda yang menghormati orang tua..
jadikan kami orang tua yang menyayangi orang muda..
Janganlah engkau tananmkan di hati kami ..
Kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba-Mu..
Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan..
Penghianatan dan kebencian..

Ya Alloh..
Wahai yang memudahkan segala yang sukar..
Wahai yang menyambung segala yang patah..
Wahai yang menemani semua yang tersendiri..
Wahai pengaman segala takut..
Wahai penguat segala yang lemah..

Mudah bagi-Mu memudahkan segala yang susah..
Mudahkan jalan kami...

Rabu, 28 Desember 2011

Arti Nama-nama Orang Jawa.....

Pandai menanam bunga, diberi nama Rosman.
Pandai memperbaiki mobil, diberi nama Karman.
Pandai main golf, Parman.
Pandai dalam korespondensi, Suratman.
Gagah perkasa, Suparman.
Kuat dalam berjalan, Wakiman.
Berani bertanya, Asman.
Ahli membuat kue, Paiman.
Pandai berdagang, Saliman.
Pandai melukis, Saniman.
Agar jadi orang kaya, Sugiman.
Agar besar nanti padai cari muka, Yesman
Suka begituan, Pakman
Suka makan toge goreng, Togiman
Selalu ketagihan, Tuman
Suka telanjang, Nudiman
Selalu sibuk terus, Bisiman
Biar pinter main game …. Giman
Biar bisa sering cuti …. Sutiman
Biar jadi juragan sate …. Satiman
Biar jadi juragan trasi …. Tarsiman
Biar pinter memecahkan problem
…. Sukarman
Biar kalau ujian ndak usah mengulang …. Herman
Biar pinter bikin jus …. Yusman
Biar jadi orang yang berwibawa …. Jaiman
Biar jadi pemain musik …. Basman
Biar awet muda …. Boiman
Biar pinter berperang …. Warman
Biar jadi orang Bali …. Nyoman
Biar jadi orang Sunda …. Maman
Biar lincah seperti monyet …. Hanoman
Biar jadi orang Belanda …. Kuman
Biar tetep tinggal di Jogja …. Sleman
Biar jadi tukang sepatu handal …. Soleman
Biar tetep bisa jalan walau ndak pake mesin …. Delman
Biar pinter bahasa jerman …. Kauman
Biar jadi polisi …. Aman
Biar jadi jagoan …. Reman
Biar selalu inget Tuhan …. Iman
Biar bisa
jadi joki …. Triman
Biar bisa jadi supranatural. … Rohman
Biar jadi orang rendah hati …. Soriman
Biar bisa jalan jalan malem …. Batman
Biar jadi orang besar …. Sudirman
Biar nanti pandai merayu …. Roman
Biar tetep sadar dalam kondisi apapun …. Siuman
Kalo nanti jadi tukang kebon …. Siraman
Biar nanti jago nembak …. Dorman
Biar mirip tokoh wayang …. Jelmaan
Biar kuat di musim dingin …. Kulman
Biar bisa santai terus …. Nyaman
Biar bisa kerja di salon …. Poniman
Biar ga jadi orang stres …. Sutrisman
Biar jadi orang baik hati …. Budiman
Biar jadi orang suci …. Sulaiman
Pandai merajut…. Sulaman
Biar hatinya selalu iba …. Kasiman
Biar jadi orang pecinta damai …. Pisman
Biar jadi orang orang …. Gileluman

Hehehe..becanda boleh kan ya? Pissman!!

Lilis....

Hari masih pagi, kosanku masih sepi. kabut masih menyelimuti jogja. matahari pun masih enggan melenggang merah seperti biasa. Aku masih ngantuk seperti biasa,masih bergumul dengan bantal  bau. semestinya sudah harus dijemur.
..malas..
Ah nanti saja.. nunggu agak panasan... nyari pembenaran.

HP bulukku berdering ringan. Sebuah pesan singkat masuk.

"Mas.. mba lilis di rumah sakit.. "
"Di sarjito.., sakit lagi.."
"katanya mau dioperasi"

"hemm.. lilis sakit lagi..." gumamku lirih.
"Kenapa lagi si Lilis. sakit apa lagi dia." Aku merem lagi, ngantukku ilang begitu saja.

Aku masih enggan beranjak dari tempat tidur. berat sekali rasanya melangkah. Bukankah ini hari minggu? mestinya aku tidak kemana-mana. beres-bres kosan, nyuci baju dan nonton kartun seharian atau apalah.

Namun..,

anak-anak itu selalu lebih penting bagiku.

aku pergi ke sarjito pagi itu juga...

Setelah muter-muter rumah sakit. tanya sana-sini, akhirnya sampe ke resepsionis.

"Pasien Lilis di kamar berapa ya mba?" tanyaku ke resepsionis.

"kamar Melati Nomer 5"  enggan ia menjawab, sudah seharusnya ia gantian sif. sepertinya sang pengganti belum datang, mungkin lagi sibuk di rumah. jogja juga tidak mungkin macet hari minggu.

"E.. mas naryo.." Lilis menyapaku lirih. wajahnya pucat. tapi senyum sepuluh sentinya hangat menyapa.  ada gurat bahagia di wajahnya. sejak masuk rumah sakit  kemarin sore, ia sendirian. semestinya memang dia tidak bermalam jauh-jauh di sarjito. ada rumah sakit yg bagus di dekat PAY. biayanya juga lebih murah, setidak-tidaknya ada anak-anak bisa menemaninya bergantian. sarjito jauh dari PAY. tapi bukan lilis nyamanya kalau tidak ribet seperti ini. Bukan Lilis, kalau tidak "berulah".

"sakit apa kamu lis?" tanyaku pelan.

"Perutku sakit mas..." jawabnya lirih.

Ini sudah "Kesebelas" kalinya LIlis berulah begini. Menolak makan yang baik. Lebih memilih tidur di lantai ubin yang dingin dari pada kasur empuk yang sudah disediakan. Bertingkah aneh-aneh. Merepotkan banyak orang.

Usus halusnya memang sudah bermasalah sejak lama. Entah sudah berapa kali perutnya di bedah. Entah sudah berapa panjang usus yg di potong untuk menyelamatkan sisa hidupnya. Aku berharap, kali ini Lilis tidak menyerah.

Siang hari di PAY...

"Biarin saja mas.."
"Memang anaknya yg susah diatur.." Aku ikut kena semprot Bu nani.
"kalau sakit begini kan semuanya repot..." Bu nani terlihat tambah kesal.
"Lagian.. kenapa, jauh-jauh di sana.." yang diomeli malah nyengir. Ibu harus didengarkan. Jangan didebat.

...BAHAYA...

Bu Nani seperti ibuku sendiri. seperti ibu untuk anak-anak. marahnya adalah rasa sayang. Ia mengasihi kami.. -yang bukan darah dagingnya- melebihi anak-anaknya sendiri. Usia Bu Nani sudah tidak muda lagi. tapi semangatnya tidak pernah menua. Tak sedikitpun nafasnya mengendor untuk mendidik anak-anak.

Dari cerita yg kudengar. sejak kecil Lilis tidak mengenal Orang tua kandungnya. Aku tidak mengerti mengapa bisa sampai di PAY. Anak-anak PAY memang istimewa. namun, lilis lebih istimewa.  Selalu ingin menonjol dari yang lain. selalu meminta perhatian lebih.

Waktu berlalu... bebrapa bulan kemudian, lilis pamitan dari PAY. katanya ingin mandiri. Tak bisa dicegah. aku tidak bisa berbuat banyak.

Lama aku tidak mendengar kabarnya...
Hingga di satu pagi yg dingin, kosanku masih sepi. kabut masih menyelimuti jogja. matahari pun masih enggan melenggang merah seperti biasa. Aku masih ngantuk seperti biasa,masih bergumul dengan bantal  bau. semestinya sudah harus dijemur.

..malas..

Ah nanti saja.. nunggu agak panasan... nyari pembenaran.

HP bulukku berdering ringan. Sebuah pesan singkat masuk.

"Mas.. Lilis meniggal dunia.."

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun" gumamku  lirih.

"Secepat ini kamu pergi nduk..."

Siang harinya...

Kulihat Lilis sudah terbujur kaku. disemayamkan di atas meja. Disebuah rumah kecil di perempatan yang ramai dekat Godean. tidak banyak yang melayat, dan tidak ada satupun yang aku kenal. aku hanya bisa mendoakan dari balik kain batik yang menutupi seluruh tubuhnya. aku membayangkan wajah penuh senyum seperti di sarjito tempo hari. Wajah pucat yg kini tertidur di depanku.

bahkan hingga akhir pun aku tidak bisa melihat wajahnya.

Doaku...

Semoga Alloh SWT yg maha lembut, senantasa menyayangimu. Maafkan kami yg tidak bisa menyayangi seperti yang engkau inginkan. Maafkan kami yang tidak bisa mengerti apa yang engkau maui. Maafkan kami yg tidak bisa memahamimu seperti yang engkau pinta.  Semoga Alloh.. yang memahami segala isi hati hamba-hambanya, senantiasa menyayangimu seperti yang engkau harapakan.

 semoga ALloh SWT menempatkanmu di tempat yang mulia, bersama kekasih-kekasih -Nya yang lain.

Kelak  pada waktunya... saat kami semua harus kembali.

aku berharap semoga bisa menemuimu kembali..

Wajah pucatmu telah hilang..
sedu sedanmu lenyap..
berganti dengan senyuman bercahaya...
Berganti dengan wajah ceria penuh bahagia..
diantara  bebungaan penuh warna...
diantara  indahnya permata di  taman surga...



Kamis, 22 Desember 2011

Strong at The Broken Places

Cohen menghabiskan waktu tiga tahuan untuk mencatat rentetan kehidupan lima `warga negara penderita sakit` : Denise, penderita ALS (penurunan fungsi saraf motorik yang menyebabkan kelumpuhan otot); Buzz, yang iman Kristianinya membantu dirinya menghadapi limfoma non-Hodgkin (kanker kelenjar getah bening); Sarah, wanita muda yang tabah menghadapi penyakit Crohn (semacam radang di saluran pencernaan); Ben, mahasiswa penderita muscular dystrophy(menurunnya kekuatan otot yang mengakibatkan kelumpuhan); Larry, penderita gangguan bipolar (kelainan mental yang menyebabkan penderita merasakan gembira dan sedih berlebihan).
Lima orang itu berbeda usia dan jenis kelamin ras dan status ekonominya, tetapi bertekad menjalani kehidupan sesuai cara masing-masing. Cohen membangun hubungan intens dengan masing-masing individu, berbicara dengan keluarga dan teman-teman mereka, berbagi kebahagiaan, walaupun dalam kondisi yang menyakitkan hati.
Walaupun penyakit masing-masing merusak, dengan cara yang berbeda, Cohen menunjukkan pengalaman mereka sungguh mirip dan memberikan pelajran bagi kita-tentang ketabahan, keberanian menghadapi kesukaran dan ketidakpedulian masyarakat, mempertahankan harapan, serta bagaimana mencari kekuatan dan kedamaian dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.
Kita semua tegar dalam menghadapi penderitaan, lebih tegar daripada yang kita bayangkan. Dalam berbagi kisah yang inspiratif ini, Richard M Chohen dan para pejuang pelawan penyakit ini menawarkan panduan suara pengharapan.

Mother, how are you today? -My version-







Mother, how are you today?
Here is a note from your Son
With me everything is ok.
Mother, how are you today?

Mother, don't worry, I'm fine.
Promise to see you this summer.
This time there will be no delay.
Mother, how are you today?


I (hope) found the Women of my dreams.
Next time you will get to know her.
Many things happened while I was away.
Mother, how are you today?








Senin, 05 Desember 2011

Sunset Bersama Rosie - Belum sempat menulis jadi Copas Dulu

ukahujan
 
Sebenarnya apakah itu perasaan? Keinginan? Rasa memiliki? Rasa sakit, gelisah, sesak, tidak bisa tidur, kerinduan, kebencian? Bukankah dengan berlalunya waktu semuanya seperti gelas kosong yang berdebu, begitu-begitu saja, tidak istimewa. Malah lucu serta gemas saat dikenang.
Sebenarnya apakah pengorbanan memiliki harga dan batasan? Atau priceless, tidak terbeli dengan uang, karena kita lakukan hanya untuk sesuatu yang amat special di waktu yang juga special? Atau boleh jadi gratis, karena kita lakukan saja, dan selalu menyenangkan untuk dilakukan berkali-kali.
Sebenarnya apakah itu arti ‘kesempatan’? Apakah itu makna ‘keputusan’? Bagaimana mungkin kita terkadang menyesal karena sebuah ‘keputusan’ atas sepucuk ‘kesempatan’? Sebenarnya, siapakah yang selalu pantas kita sayangi?

Novel ini mengisahkan seorang Tegar (35 tahun) yang selalu menyukai pagi. Kisah dimulai saat ia sedang duduk di kantornya sambil menunggu video-streaming dari Rosie dan keluarganya yang sedang merayakan 13 tahun pernikahan di Jimbaran. Tapi kejadian bom bali secara tak terduga menghapus jejak kegembiraan Rosie dan keluarganya. Nathan, suami Rosie meninggal dalam tragedi itu.
Tak selesai sampai di situ, ternyata kejadian bom Bali itu membawa perubahan yang luar biasa besar. Rosie kehilangan suaminya, membuatnya depresi berat hingga mencoba bunuh diri. Sementara Tegar membatalkan pertunangannya dengan Sekar demi menemani Rosie dan anak-anaknya melewati masa-masa sulit itu.
Flashback…. Tegar dan Rosie sebenarnya adalah teman masa kecil dan diam-diam Tegar menaruh hati pada teman kecilnya itu. Suatu ketika (saat mereka sudah kuliah), Tegar memperkenalkan Rosie pada Nathan. Tanpa ia duga bahwa perkenalan itu awal dari kisah menyedihkan mereka. Baru dua bulan berkenalan, Nathan menyatakan cinta pada Rosie di mana saat yang bersamaan Tegar hendak menyatakan hal yang sama. Ah, rencana Tuhan memang selalu misterius, 20 tahun lamanya Tegar memendam perasaan itu pada Rosie akhirnya harus terkalahkan oleh cinta 2 bulannya Nathan.
Bagaimana kelanjutannya? Ah, gak seru kalau aku tulis semua di sini. Baca sendiri dah! Lumayan mengaduk-aduk perasaan. Lika liku kehidupan antara Rosie, Tegar, Sekar, dan anak-anak Rosie yang benar-benar dekat dengan kehidupan kita, pertarungan rasio dan perasaan. Hiks, aku kasihan sama tokoh Sekar. Bagi perempuan (mungkin) memang dicintai lebih baik daripada mencintai. Jadi inget pernyataan Ahyar Anwar dalam Infinitum:
Seorang perempuan yang bersembunyi dalam pikiran dan kenangan seorang lelaki selalu punya kisah yang tak mungkin terbunuh.
Kesempatan tidak datang dua kali. Seandainya ada, pasti dalam ruang dan waktu yang berbeda dan tentunya dengan perasaan yang tak sama, seperti kata Tere “pemahaman yang baru”. Pelajaran yang bisa diambil: jangan sampai kehilangan kesempatan, Sob! Dalam hal apapun, bukan hanya dalam hal percintaan seperti yang ditulis Bung Tere. Satu kesempatan kecil hilang, sama artinya kau membiarkan perubahan besar dalam hidupmu. Yah,, meski semua sudah Allah tuliskan. Kita tak bisa menolak takdir. 

Takdir tak pernah salah berkisah bukan?